NOVA.id - Tepat setahun sejak pandemi Covid-19 merebak, Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengumumkan telah ditemukan dua kasus mutasi virus corona di Indonesia.
Mutasi tersebut ialah B.1.1.7 yang pertama kali terdeteksi di Inggris pada September tahun lalu.
Para ilmuwan di sana memperkirakan varian baru ini lebih menular.
Varian B.1.1.7 memiliki 17 mutasi berbeda dalam kode genetiknya. Delapan dari mutasi itu terjadi di bagian kritis virus, yang disebut protein lonjakan.
Para ilmuwan juga telah mempelajari beberapa mutasi pada B.1.1.7 dan mendapatkan sejumlah fakta. Berikut ulasannya.
1. Lebih menular
Para ilmuwan menemukan sebagian besar kasus baru Covid-19 di Inggris disebabkan oleh mutasi B.1.1.7. Ini menunjukkan varian baru lebih mudah menular.
"Belum ada bukti kuat, tetapi tampaknya ada kemungkinan besar," kata ahli biokimia Jeremy Luban dari University of Massachusetts Medical School.
Baca Juga: Mengenal Covid Tongue, Gejala Baru Penyakit Virus Corona yang Menyerupai Sariawan
"Jika seseorang yang sakit bersin di dalam bus, varian baru lebih mungkin menginfeksi orang lain daripada bentuk virus sebelumnya," tambah Luban.
Walau lebih mudah menular, para ilmuwan mengatakan bahwa penyebaran Covid-19 akibat mutasi tergantung pada banyak faktor.
Salah satunya perilaku masyarakat dalam suatu komunitas. Misalnya apakah mereka memakai masker, menjaga jarak fisik, mencuci tangan, dan menghindari pertemuan besar.
Baca Juga: Maklumat Kemenkes, Virus Corona yang Mewabah, dan Jamu Indonesia
2. Belum tentu lebih berbahaya
Sejauh ini para ilmuwan memperkirakan varian baru dari virus corona tidak menyebabkan keparahan yang lebih berat ketika seseorang terpapar.
Menurut Luban, belum ada bukti yang menunjukkan B.1.1.7 lebih mematikan atau lebih berbahaya.
Baca Juga: Rayakan Imlek di Rumah Saja, Tina Toon Berdoa agar Virus Corona Cepat Hilang
3. Efektivitas vaksin
Munculnya mutasi virus corona menimbulkan pertanyaan tentang efektivitas vaksin dalam mencegah Covid-19. Terlebih vaksin telah dibuat sebelum mutasi baru ditemukan.
Sebagian kecil masyarakat juga sudah mulai menerima vaksin. Walau belum ada bukti kuat, para ilmuwan optimis vaksin tetap bisa menjadi perlindungan bagi masyarakat dari infeksi Covid-19.
Menurut ilmuwan, saat seseorang menerima vaksin, sistem kekebalan membuat banyak antibodi untuk melawan sebagian besar virus.
Baca Juga: Jalani Vaksinasi Covid-19, Ariel NOAH Beberkan Efek Samping yang Terasa di Tubuh
View this post on Instagram
Antibodi tersebut tidak hanya melawan satu bagian kecil virus, tapi juga bisa melawan ketika virus bermutasi.
Jadi, meskipun varian baru memiliki 17 mutasi, beberapa antibodi yang terbentuk setelah menerima vaksin kemungkinan masih bisa melawan virus.
"Jadi jika sedang menunggu giliran menerima vaksin Covid-19, tetaplah mengantre. Jangan malah tidak jadi divaksin," kata ahli mikrobiologi Andrew Pekosz dari John Hopkins University.
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul 3 Hal yang Perlu Diketahui Seputar Mutasi Virus Corona B.1.1.7
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Alsabrina |
Editor | : | Alsabrina |
KOMENTAR