NOVA.id - Childfree atau keinginan untuk tidak memiliki anak tengah hangat dibicarakan.
Hal ini dikarenakan seorang YouTuber Gita Savitri Devi yang mengemukakan dirinya dan sang suami, Paul Andre memilih untuk tidak mempunyai anak.
Diketahui, Gita Savitri Devi dan Paul Andre yang kini tinggal di Jerman telah menikah sejak 2018 silam.
Memasuki usia pernikahan ketiga tahun, Gita Savitri dan Paul Andre masih tetap dengan pendirian mereka untuk tidak memiliki anak.
Baca Juga: Menyoal Apa Itu Childfree dan Keputusan yang Dianggap Egois, Benarkah Demikian?
Hal ini tentu memantik pro dan kontra di kalangan masyarakat. Tak jarang childfree ini dicibir, namun ada pula yang mendukung. Terlebih, ini sudah menjadi kesepakatan kedua pasangan.
Berbicara soal childfree, tentu tak jauh-jauh dari cara mencegah kehamilan. Ada banyak cara untuk mencegah kehamilan, baik yang ingin menunda momongan atau yang tak ingin memiliki anak.
Selain menggunakan pil KB dan kondom untuk mencegah kehamilan, berikut ini ada 2 jenis sterilisasi yang bisa dilakukan pasangan.
Baca Juga: Ingin Berkarier Jadi Salah Satu Alasan Pasangan untuk Childfree
1. Tubektomi atau Ligasi tuba
Tubektomi atau ligasi tuba adalah bentuk kontrasepsi permanen pada wanita untuk mencegah kehamilan.
Tubektomi dilakukan dengan melibatkan operasi kecil di mana saluran tuba perempuan dipotong atau ditutup. Tujuannya, yakni menghentikan sperma dapat mencapai sel telur untuk membuahinya.
Dilansir dari mayoclinic, Ligasi tuba juga dapat menurunkan risiko kanker ovarium, terutama jika tuba falopi diangkat.
Namun, ligasi tuba tidak tepat untuk semua orang. Bicarakan dengan dokter atau penyedia layanan kesehatan untuk memastikan kita sepenuhnya memahami risiko dan manfaat dari prosedur ini.
Baca Juga: Ramai Soal Pasangan Childfree, Apa Bedanya dengan Pasangan Childless?
2. Vasektomi
Vasektomi adalah metode kontrasepsi dengan tujuan agar pria tidak memiliki sperma saat ejakulasi, sehingga ejakulasinya tidak dapat menyebabkan kehamilan.
Merangkum Health Line, dalam pelaksanaan prosedur vasektomi, vas deferens akan dipotong atau disumbat. Vas deferens adalah saluran yang membawa sperma dari testis ke uretra.
Vasektomi merupakan salah satu metode kontrasepsi yang paling efektif.
Menurut American Urological Association, kehamilan akan terjadi pada kurang dari 2 dari setiap 1.000 pasangan di mana pria tersebut telah menjalani vasektomi.
Namun, perlu diingat, vasektomi tidak langsung menghasilkan kondisi steril.
Baca Juga: Penyebab Pasangan Memilih Childfree, Bukan untuk Senang-Senang
Setelah menjalani prosedur vasektomi, perlu digunakan metode kontrasepsi lain hingga dilakukan pemeriksaan semen pascavasektomi yang menunjukkan telah terjadinya oklusi vas deferens.
Pemeriksaan semen pascavasektomi, biasanya bisa dilakukan 8–16 minggu atau sekitar 20 kali ejakulasi setelah prosedur, namun pemilihan waktu ini sangat tergantung pada pertimbangan dokter yang melakukan prosedur ini.
Vasektomi dinyatakan gagal jika enam bulan pascatindakan ditemukan sperma motil atau sperma yang aktif bergerak maju, paling tidak 25 mikrometer setiap detiknya.
Baca Juga: Pakai KB Bisa Bikin Depresi dan Mood Swing? Ini Penjelasan Lengkap dari Ahli
Kontrol ke Dokter
Sebelum melakukan tubektomi atau vasektomi, ada baiknya kita dan pasangan melakukan konsultasi serta kontrol ke dokter.
Walau begitu, Sahabat NOVA bisa saja bertemu dokter yang enggan melakukan sterilisasi permanen. Hal ini dikarenakan sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa banyak pasangan yang menyesal ketika sterilisasi telah dilakukan.
"Ada beberapa penelitian yang melihat adanya penyesalan setelah prosedur sterilisasi wanita dan pria, dan pada sebagian kecil pasien, mereka mungkin memiliki perasaan menyesal," ujar dr. Talat Uppal dari Royal Australian and New Zealand College of Obstetricians and Gynecologists (RANZCOG) seperti yang dilansir dari abc.net.au.
Baca Juga: Cara Merawat Organ Reproduksi Perempuan Saat Pakai Alat Kontrasepsi
View this post on Instagram
Satu studi telah menunjukkan jika keputusan diambil ketika perempuan berusia 18 hingga 24 tahun, itu akan empat kali lebih mungkin untuk meminta pembalikan daripada jika dia berusia di atas 30 tahun.
"Wanita muda yang tidak memiliki anak kemungkinan besar akan menyesali keputusan untuk disterilisasi," ujar dr. Talat Uppal.
Walau begitu, menurutnya, menyoal sterilisasi dikembalikan lagi ke pasien setelah dijelaskan seluruh prosedur termasuk risiko dan penyesalan yang mungkin bisa terjadi karena itu merupakan hak pasien atas tubuhnya.
"Etis jika mereka diinformasikan dengan benar tentang semua risiko, termasuk penyesalan. Pada akhirnya itu adalah haknya untuk memilih apa yang ingin dia lakukan dengan tubuhnya," ujar dr. Talat Uppal.
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
KOMENTAR