NOVA.id - Pada dasarnya setiap anak secara alami memiliki kemampuan bersosialisasi, meskipun porsinya berbeda-beda.
Ada anak yang mudah berbaur saat bertemu dengan orang yang baru dikenalnya. Sebaliknya, ada anak yang perlu terlebih dulu melihat dan menganalisa lebih dalam, baru kemudian bisa berbaur.
Tapi tidak sedikit juga anak yang kesulitan untuk bersosialisasi, terlebih di saat pandemi Covid-19 ini.
Baca Juga: Penuhi Kebutuhan Nutrisi Anak Agar Tumbuh Optimal dengan Formula Ini
Tak bisa dimungkiri minimnya interaksi yang bisa dilakukan oleh anak menghambat kemampuan mereka untuk berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain.
Wajar kalau hal ini membuat kita khawatir. Lantas apa yang dapat dilakukan orangtua agar kemampuan sosialisasi anak tetap baik, meskipun dalam situasi serba terbatas seperti sekarang ini?
Sudah Diajarkan?
Kepada NOVA, psikolog yang juga dosen dari Universitas Indonesia, Dr. Rose Mini Agoes Salim M.Psi menjelaskan.
Baca Juga: Bahaya Konsumsi Garam Berlebihan pada Anak, Ini Takaran yang Tepat
Pertama, yang orang tua harus ketahui adalah kemampuan sosialisasi untuk berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain ini perlu distimulasi atau diajarkan.
“Sosialisasi itu adalah sesuatu yang ada pada diri manusia, tetapi untuk bisa keluar hingga dia bisa melakukannya perlu stimulasi,” ujar psikolong yang biasa disapa Bunda Romi ini.
Sehingga jika hal tersebut tidak dilakukan, maka percuma saja kemampuan anak untuk bersosialisasi tidak dapat berjalan dengan baik.
Baca Juga: Bahayakah Penggunaan Sunscreen pada Anak? Begini Penjelasan Ahli
Padahal kecerdasan sosial interpersonal ini adalah skill yang sangat dibutuhkan hingga saat nanti anak dewasa dan bermasyarakat.
Kata Bunda Romi, kadang-kadang orang tua lupa untuk menstimulasi. Dalam keadaan normal—tidak pandemi—pun kita lupa.
“Sehingga yang dikejar kalau di sekolah akademik, matematika kaya gimana, nilainya seperti apa, tapi kita jarang mengajarkan bagaimana cara kita berinteraksi dengan orang lain.”
Kita sering lupa untuk bertanya seperti, “Siapa yang duduk di sebelah kamu? Kamu tadi main dengan siapa? ini akan berpengaruh, karena anak merasa hal ini enggak perlu,” sambungnya.
Akhirnya, tanpa disadari orang tua sendirilah yang membuat anak kesulitan untuk bersosialisasi.
Sosialisasi Saat Pandemi
Di usia balita hingga anak memasuki Sekolah Dasar (SD) awal atau hingga kelas 3 SD, tingkat pemahaman kognitif anak masih soal sesuatu yang konkret.
Baca Juga: Menopause Dini, Apakah Bahaya? Simak Penjelasannya Berikut Ini
Anak harus mengalami atau melihat, hingga memegang terlebih dulu baru akan paham.
Tentu saja kondisi pandemi yang serbavirtual ini, normalnya tidak cukup bagi anak untuk mengerti. Dalam keadaan normal, orang tua bisa mencontohkan langsung pada anak, misalnya dengan bertegur sapa dengan tetangga dan sebagainya.
Dalam kondisi saat ini, orangtua bisa lebih aktif menstimulus anak dengan mengajak anak bersosialisasi dan berinteraksi.
Baca Juga: Menopause Dini, Apakah Bahaya? Simak Penjelasannya Berikut Ini
View this post on Instagram
Misalnya, melakukan video call dengan kakek, nenek, atau kerabat lain sambil melibatkan anak.
Buatlah anak terlibat dalam percakapan, seperti meminta anak untuk menceritakan bagaimana kegiatannya hari itu, apa yang sudah dibuatnya di kelas online hari itu, dan sebagainya.
Dari sana orang tua dapat melihat bagaimana kemampuan anak berbicara dan bersosialisasi.
Baca Juga: Ibu Harus Tahu, 7 Tanda Pubertas pada Anak Laki-Laki, Bukan Cuma Jerawat!
Apakah anak bisa bercerita dengan baik atau tidak. Sambil bisa mengajarkan anak perlahanlahan, bagaimana cara berkomunikasi dengan baik.
Misalnya untuk berbicara bergantian dengan lawan bicara, sampai lawan bicara selesai berbicara, hingga mengajarkan anak soal empati.
Jadi pada dasarnya, jika anak kesulitan untuk bersosialisasi, Anda bisa lebih aktif memberikan stimulus pada anak.
Baca Juga: Ibu Harus Tahu, Marahi Anak di Depan Umum Menyebabkan 4 Hal Buruk Ini
Namun, jika hal itu dirasa sudah cukup parah, misalnya anak sangat introvert dan tidak mau bertemu dengan orang lain, Anda bisa berkonsultasi dengan ahli atau psikolog.
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)
Penulis | : | Dinni Kamilani |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR