Kala itu, ia terpantik gagasan untuk menggunakan teknologi nanobodi, yang sebelumnya ia kembangkan untuk pengobatan penyakit autoimun.
Vaksin buatannya mengandung dua komponen dasar, yaitu nanobodi – antibodi dari hewan alpaka – dan bagian dari paku protein virus SASR-CoV-2 yang berfungsi mengikat reseptor pada sel manusia.
Dalam penelitian itu, Nova menggunakan sekuens asli dari paku protein SARS-CoV-2 Wuhan.
Sejauh ini, kandidat vaksin itu ampuh menghadapi berbagai varian virus corona, termasuk varian Afrika Selatan (C.1.2) yang sempat merebak ke berbagai negara.
Baca Juga: Di Tengah Pandemi, Lindungi Diri dari Kuman dan Bakteri dengan Antiseptik Lotion
Ia mengaku belum mengujinya dengan varian Delta, meski tertarik untuk melakukannya. Terlepas dari itu, Nova optimistis vaksinnya ampuh menghadapi varian tersebut.
“Sebenarnya, modifikasi dalam hal merekayasa ulang komponen vaksin tidak terlalu sulit, jadi saya rasa kami bisa merakayasa ulang sebagian vaksin dengan varian terbaru,” ungkapnya.
“Dan bahwasanya vaksin kami memicu respons imun yang sangat, sangat kuat – ditambah dengan respons T-cell di area (domain pengikat reseptor/RBD) yang terkonservasi – saya rasa kami cukup yakin vaksin ini bahkan memberikan perlindungan terhadap Delta.”
Menurutnya, vaksin berbasis protein yang ia kembangkan memiliki sejumlah kelebihan dibanding vaksin-vaksin Covid-19 lain yang sudah beredar.
Baca Juga: Cegah Penularan Demam Tifoid, Sanofi Pasteur Indonesia Luncurkan Kampanye #SantapAman
KOMENTAR