Sebelum menekuni bidang rekayasa hayati (bio-engineering), Nova menamatkan pendidikan SMA di Singosari, Malang, Jawa Timur.
Sejak dulu, ia ingin menguasai ilmu yang bisa membantunya menolong orang-orang sakit. Pasalnya, beberapa orang terdekatnya “meninggal tiba-tiba” setelah sakit tanpa diagnosis.
“Saya punya bibi yang saat saya beranjak dewasa menderita lupus, sebuah penyakit autoimun yang cukup umum."
"Beberapa teman saya juga menderita dan meninggal karena lupus waktu SMP. Hal-hal seperti itu yang benar-benar membuat Anda sadar bahwa ada banyak penyakit yang tidak dapat disembuhkan."
Baca Juga: Bahaya Hubungan Intim Setelah Vaksin, Negara Ini Minta Warganya Menahan Diri
Nova sempat kuliah kedokteran selepas SMA, ketika ia memutuskan untuk keluar karena tidak cocok dengan sistem pendidikan di kampusnya.
Ia lantas bekerja bersama orang tuanya dan menjadi guru les, sebelum merantau ke San Francisco, AS.
Di negeri Paman Sam, ia berkuliah di City College of San Francisco dan lulus dalam bidang rekayasa hayati dari University of California at Berkeley pada 2011 melalui beasiswa.
Nova melanjutkan pendidikannya di Massachusetts Institute of Technology (MIT) pada tahun 2012 dan meraih gelar PhD dalam bidang yang sama pada tahun 2018.
Baca Juga: Vaksin Jadi Syarat Utama Penerbangan Jawa-Bali Selama PPKM
KOMENTAR