Nova.id – Dalam kehidupan rumah tangga, mengelola keuangan keluarga wajib dilakukan. Tujuannya agar menjaga ekonomi keluarga tetap stabil dan terhindar dari risiko masalah keuangan.
Meski demikian, mengelola keuangan keluarga juga kerap dianggap sebagai hal yang rumit. Terutama bagi orang yang memiliki pemasukan pas-pasan, sedangkan kebutuhan terus meningkat seiring berkembangnya keluarga.
Bagi beberapa orang, pemasukan yang pas-pasan itu juga masih harus digunakan untuk membayar utang atau cicilan setiap bulan. Alhasil, menyisihkan uang untuk tabungan atau dana darurat pun menjadi sulit.
Menjawab berbagai tantangan tersebut, Allianz Indonesia melalui Yayasan Allianz Peduli bersama Edu Foundation menggelar kuliah Whatsapp (kulwap) bertajuk “Keluarga CerdAZ Kelola Keuangan”.
Baca Juga: Money Management Penting? Ini Dia Caranya!
Kegiatan yang berlangsung pada 22-23 Januari 2022 ini, diikuti oleh ibu-ibu yang terlibat dalam Program Kesehatan Bagi Lansia, Ibu Hamil, dan Balita (PELITA) dari Allianz Indonesia.
Allianz juga menghadirkan dua perencana keuangan bersertifikat atau certified financial planner® (CFP®) sekaligus representative dari Allianz Indonesia, yakni Rifandy Adhitya Niode dan Riki Oktavian.
Keduanya tidak hanya berbagi tips mengelola keuangan keluarga yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan, tetapi juga berbagi cara mengalokasikan dana agar memperoleh manfaat keuangan yang optimal. Yuk, simak tips berikut.
1. Buat tujuan keuangan yang realistis
Setiap keluarga tentu memiliki rencana dan tujuan keuangan masing-masing. Misalnya, ada yang bertujuan untuk digunakan sebagai biaya kuliah anak, membeli rumah, berlibur, atau pergi haji.
Namun, perencana keuangan bersertifikat, Rifandy Adhitya Niode, menekankan bahwa tujuan yang dibuat juga harus realistis. Artinya, tujuan pengelolaan keuangan tersebut seimbang dengan kemampuan finansial keluarga.
Baca Juga: Dikenal Tajir Melintir, Raffi Ahmad Ternyata Punya Banyak Cicilan: Sekarang Lebih Parah
“Kuncinya adalah perencanaan keuangan dan disiplin dalam menjalankan perencanaan tersebut. Mungkin terkesan sepele, tapi cukup membantu,” kata Rifandy.
Kemudian tentukan jangka waktu yang diperlukan untuk mencapai masing-masing tujuan tersebut.
Rifandy mencontohkan, membeli gadget atau kendaraan dapat menjadi tujuan keuangan jangka pendek. Sementara itu, membeli rumah dan pergi haji dapat menjadi tujuan jangka panjang.
Dengan menetapkan jangka waktu, Anda akan lebih mudah dalam memprioritaskan pengeluaran untuk tujuan keuangan jangka pendek terlebih dahulu.
Baca Juga: Berkaca dari Our Beloved Summer, Yuk Diskusikan 5 Topik Finansial Ini Sebelum Menikah
2. Catat pemasukan dan pengeluaran
Salah satu kesalahan umum dalam mengelola keuangan keluarga adalah tidak mencatat pemasukan dan pengeluaran.
Padahal, menurut Rifandy, membuat catatan pemasukan dan pengeluaran dapat menghindarkan diri dari perilaku konsumtif. Selain itu, Anda dapat mengevaluasi pengeluaran sebelumnya dan memangkas pengeluaran yang sebenarnya tidak perlu.
Dengan memiliki rincian pemasukan dan pengeluaran, Anda juga dapat terhindar dari risiko pembengkakan bujet bulanan.
“Anda juga wajib memahami perbedaan kebutuhan dan keinginan. Misal, kalau kita tidak beli barang itu, apa dampaknya? Benarkah dibutuhkan? Kalau memang harus beli, coba cari tahu apakah ada barang substitusinya yang jauh lebih ekonomis,” papar Rifandy.
Mencatat pemasukan dan pengeluaran pun kini bisa dilakukan dengan mudah menggunakan bantuan aplikasi di ponsel. Jadi, Anda tidak perlu repot-repot mencatat keuangan secara manual.
Baca Juga: 5 Tips Mengatur Uang Meski Gaji Mepet, Bisa Nabung dan Investasi!
3. Bijak dalam berutang
Salah satu cara agar pengeluaran rumah tangga tidak boros adalah menghindari utang. Pasalnya, memiliki tagihan cicilan hanya akan menambah beban pengeluaran setiap bulan.
Namun, apabila terpaksa harus berutang, pastikan dana tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan utama, seperti membeli rumah atau membuka usaha.
Perencana keuangan bersertifikat, Riki Oktavian, juga mengatakan, sebelum berutang harus dipastikan dana yang dipinjam sesuai dengan kemampuan finansial keluarga.
“Idealnya, besar cicilan utang per bulan tidak boleh lebih dari 30 persen dari pendapatan Anda. Bahkan, persentase tersebut harus lebih kecil lagi bila Anda masih memiliki kewajiban cicilan lain,” kata Riki.
Baca Juga: Bahaya Jeratan Utang Pinjol Ilegal, Simak 2 Tips Ini untuk Atasi
Lebih lanjut, Riki menjelaskan, pinjaman kredit usaha rakyat (KUR) dapat menjadi pilihan bagi para pelaku usaha. Apalagi, saat ini pemerintah telah memperpanjang subsidi bunga KUR menjadi lebih ringan, yakni 3 persen pada 2022.
4. Kelola dana darurat dengan tepat
Dana darurat seringkali dianggap sama dengan tabungan. Padahal, keduanya adalah hal yang berbeda.
Berbeda dengan tabungan, dana darurat merupakan dana khusus yang dicadangkan untuk keperluan mendesak. Misalnya, saat terkena musibah seperti sakit, kecelakaan, dan kehilangan pekerjaan.
“Untuk yang belum berkeluarga, besaran dana darurat yang ideal adalah enam kali lipat dari pengeluaran per bulan. Sementara itu, untuk mereka yang sudah mempunyai keluarga, idealnya 12 kali lipat dari pengeluaran bulanan,” kata Rifandy.
Dana darurat biasanya disimpan dalam produk keuangan yang mudah dijual atau dicairkan ketika mendesak dibutuhkan. Selain dana darurat, memiliki asuransi juga dapat membantu Anda menghadapi risiko finansial.
Baca Juga: Sambut Kehadiran Buah Hati, Banyak Pasangan Muda Kurang Persiapan Mental hingga Finansial
Asuransi jiwa dapat memberi jaminan ekonomi bagi keluarga apabila pencari nafkah atau kepala keluarga meninggal dunia. Sementara itu, asuransi kesehatan merupakan jenis perlindungan yang dapat menanggung biaya medis yang dibutuhkan, baik ketika sakit maupun kecelakaan.
Dalam membeli produk asuransi, Rifandy pun menyarankan untuk memilih yang sesuai dengan kemampuan finansial. Dengan begitu, Anda tetap dapat membayar tagihan premi per bulan tanpa merasa terbebani.
“Namun, wajib hukumnya untuk memilih perusahaan asuransi yang memiliki track record bagus. Jangan sampai Anda tergiur karena (preminya) murah, tetapi ketika dibutuhkan dananya sulit diproses,” ujarnya.
5. Pertimbangkan untuk investasi
Investasi dapat menjadi salah satu opsi pengelolaan keuangan jangka panjang. Sebelum memulai investasi, Anda sebaiknya sudah menetapkan tujuan dan jangka waktu yang ingin dicapai.
Kemudian, pastikan Anda sudah mengetahui risiko investasi yang akan diambil karena setiap investasi memiliki risiko. Namun, risiko tersebut dapat diminimalkan dengan memilih jenis investasi yang tepat.
Baca Juga: Allianz Indonesia, Perkuat Ekosistem Asuransi Digital di 2022
Kembali dijelaskan oleh Riki, umumnya proporsi investasi adalah 20 persen dari pendapatan per bulan. Dia menyarankan untuk mengambil jenis investasi dengan profil risiko rendah agar hati Anda lebih tenang.
“Profil risiko rendah biasanya disebut konservatif. Investasinya berupa emas, reksa dana pasar uang, dan deposito. Risiko yang dialami sangat rendah dan cenderung lebih aman,” papar Riki.
Itulah lima tips mengelola keuangan keluarga yang dapat Anda terapkan di rumah. Dengan pengelolaan keuangan yang cerdas, impian masa depan keluarga pun dapat diraih.
Penulis | : | Yussy Maulia |
Editor | : | Wandha Nur Hidayat |
KOMENTAR