Ketiga, dalam situasi merugi terkadang sikap investor akan mengalami perubahan menjadi lebih agresif.
Tidak terima dengan kerugian besar yang dialami, justeru membuat investor berpikir tidak rasional lagi karena masih dihinggapi dengan perasan emosi dan kemarahan akibat kerugian besar sebelumnya.
Oleh sebab itu dalam berinvestasi kita tidak boleh over confident dengan apa yang telah kita lakukan adalah mutlak benar sepenuhnya, namun harus tetap tenang dan kalem dalam menghadapi berbagi perubahan yang datang secara tiba-tiba.
Nasihat serupa juga disampaikan oleh Benjamin Graham, seorang penulis buku The Intelligent Investor, yang mengatakan bahwa :
“The individual investor should act consistently as an investor and not as a speculator”
Pendapat dari Benjamin Graham tersebut memberikan nasehat kepada kita bahwa seorang investor tidak sama dengan seorang spekulator, karena memang tujuannya berbeda.
Keduanya memang memiliki tujuan yang sama yaitu memperoleh keuntungan dari kegiatan investasi yang mereka lakukan, namun caranya berbeda.
Seorang investor akan memilih instrumen investasi yang bisa menjaga keamanan dan keberlangsungan modal awal yang diinvestasikan, jangan sampai nilainya turun atau bahkan hilang.
Baca Juga: Berinvestasi di Saat Pandemi? Siapa Takut!
Selain itu, seorang investor juga menyadari bahwa tingkat pengembalian uang yang sudah ditanamkan dalam sebuah investasi, secara normal hanya akan memberikan hasil yang wajar sesuai dengan kondisi umum yang terjadi di pasar, jadi hasilnya tidak instan ya Sahabat NOVA!
Dalam situasi normal mereka tidak mengharapkan adanya keuntungan yang berlipat ganda dalam tempo sesaat, kecuali ada sebuah peristiwa langka, seperti krisis ekonomi, yang membuat nilai investasinya menjadi naik berlipat-lipat.
Berbeda dengan spekulator yang lebih memilih pada instrumen investasi yang bisa memberikan keuntungan yang sangat besar dalam waktu singkat, namun justeru memiliki risiko yang sangat tinggi.
Dalam berinvestasi ada hubungan langsung yang harus kita pahami bahwa semakin besar keuntungan yang diperoleh, maka semakin besar pula potensi risiko yang dihadapi.
Sahabat NOVA, seorang spekulator bisa jadi hanya melihat potensi keuntungan besar yang akan diraihnya tanpa menydari dan memahami risiko yang melekat di dalamnya.
Bisa jadi di saat itu, spekulator memang secara kebetulan ramalannya tepat, sehingga memperoleh keuntungan besar.
Tetapi dalam berinvestasi akan sulit apabila kita mengandalkan kemungkinan-kemungkinan yang tidak pasti sebagai dasar untuk melakukan investasi, dengan harapan memperoleh keuntungan besar di atas rata-rata pasar atau kewajaran.
Bagi spekulator, faktor emosional sering menjadi pemicu utama dalam berinvestasi sehingga rasionalitas terkadang bukan lagi dianggap sebagai faktor penentu.
Dari uraian tersebut di atas dapat kita simpulkan bahwa mempunyai uang banyak belum menjadi jaminan akan suksesnya berinvestasi, karena dalam berinvestasi juga diperlukan sikap dan perilaku yang cool dan tidak emosional ya Sahabat NOVA.
SELAMAT BERINVESTASI DAN TELITI SEBELUM MEMBELI. (*)
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
Source | : | Otoritas Jasa Keuangan (OJK) |
Penulis | : | Dr. Agus Sugiarto |
Editor | : | Tiur Kartikawati Renata Sari |
KOMENTAR