NOVA.id - Setiap orang harusnya sudah menjadikan investasi sebagai bagian dari gaya hidup, karena dengan berinvestasi kita bisa menumbuh kembangkan harta dan kekayaan kita loh, Sahabat NOVA!
Tanpa adanya investasi sangat sulit sekali harta dan kekayaan kita bisa terus tumbuh dari waktu ke waktu dalam jangka panjang.
Di negara-negara yang sudah maju, hampir setiap orang memiliki kemampuan dan juga portofilio investasi.
Secara logika memang masuk akal, dengan tingkat kemakmuran yang sangat tinggi, otomatis mereka memiliki rata-rata penghasilan yang sangat besar, sehingga cukup banyak uang yang disisihkan untuk berinvestasi.
Namun demikian, tidak berarti bagi mereka yang memiliki penghasilan pas-pasan tidak bisa berinvestasi.
Berinvestasi tidak harus dimulai dengan modal atau uang yang banyak, masih banyak instrumen investasi yang bisa kita beli dengan dana yang terbatas loh Sahabat NOVA.
Sebagai contoh investasi dalam logam mulia emas tidak harus membeli sebesar 100 gram, tetapi bisa dimulai dengan 1 gram, membeli saham tidak harus dalam jumlah besar tetapi bisa 1 lot dulu yang terdiri dari 100 saham, demikian halnya dengan membeli reksadana bisa dimulai dengan uang Rp 100 ribu saja.
Banyak sekali cerita sukses pengalaman seseorang yang melakukan investasi dari modal kecil hingga sukses menjadi besar.
Oleh sebab itu, ada baiknya berinvestasi sedapat mungkin dikenalkan kepada anak-anak sejak dari usia muda, karena berinvestasi tidak harus dilakukan setelah menunggu sampai dewasa ataupun mempunyai uang yang banyak.
Terdapat beberapa alasan mengapa kita perlu memperkenalkan investasi sejak dari usia dini. Apa saja ya alasannya, Sahabat NOVA? Simak yuk!
Baca Juga: Berinvestasi di Saat Pandemi? Siapa Takut!
Pertama, lebih mudah membentuk karakter berinvestasi seseorang sejak usia muda, sehingga nantinya bisa menciptakan perilaku berinvestasi sepanjang masa.
Kedua, dalam berinvestasi selalu ada faktor untung dan rugi, dan kedua faktor penting tersebut bisa dipelajari sejak awal sehingga pada saat dewasa nanti mereka sudah memahami betul untung rugi dalam berinvestasi.
Ketiga, mereka bisa menjadi duta investasi buat keluarga mereka sendiri, sehingga bisa memberikan informasi dan saran kepada orang tuanya dan saudaranya bagaimana menumbuhkembangkan keuangan keluarga.
Keempat, untuk menyakinkan mereka bahwa berinvestasi tidaklah sesulit yang dibayangkan orang, karena mereka tahu caranya, manfaatnya dan juga untung ruginya.
Hati-hati, jangan kalap saat berinvestasi, ya Sahabat NOVA!
Bagi mereka yang memiliki uang banyak tentunya memiliki pilihan yang lebih banyak mengenai instrumen-instrumen investasi yang dapat dipilih dan dibeli.
Namun demikian, apabila tidak berhati-hati semua uang yang kita miliki tersebut juga bisa menguap dalam waktu yang cepat.
Berinvestasi sebenarnya mudah dan bisa dilakukan oleh siapapun, namun setidak-tidaknya ada 3 persyaratan yang perlu dimiliki oleh seseorang sebelum berinvestasi.
Syarat pertama, harus memiliki literasi atau pengetahuan yang cukup tentang instrumen investasi yang akan dipilih, baik itu tentang manfaat, risiko, potensi keuntungan, pertumbuhan ke depan, biaya-biaya, dan lain-lain.
Syarat kedua, memiliki uang atau dana yang mencukupi sesuai dengan instrumen investasi yang akan dipilih.
Baca Juga: Agus Sugiarto Luncurkan Buku Mengenal Ekonomi Digital, Isinya Lengkap dan Mudah Dipahami!
Hal ini sangat penting mengingat tidak semua instrumen investasi bisa dibeli dengan cara berutang, kecuali misalnya investasi membeli rumah atau apartemen baru dengan mencicil.
Jangan sampai kita berutang untuk membeli saham, karena pergerakan harga dan volatilitasnya sangat tinggi, kecuali kita yakin bahwa saham yang kita pilih tersebut harganya akan naik terus.
Syarat ketiga, menjadi penting untuk diperhatikan nih, Sahabat NOVA, yakni, jangan emosional waktu melakukan investasi karena disinilah kadang-kadang awal dari kerugian mulai datang.
Syarat yang terakhir ini justru menjadi penting sekali karena banyak orang yang menjadi investor sering lupa dan kalap dalam berinvestasi, sehingga bukannya untung yang didapatkan, melainkan malah mendapatkan buntung! Wah, bisa gawat ya?
Pintar atur emosi dalm berinvestasi wajib dilakukan loh, Sahabat NOVA, kenapa?
Dalam berinvestasi kita harus bisa mengendalikan emosi kita, karena emosi yang berlebihan justeru akan menjadi faktor pemicu terjadinya kerugiab yang lebih besar.
Sebagai contoh, apabila kita membeli saham dan beberapa waktu kemudian harganya jatuh, maka kita perlu wait and see dulu apa yang menjadi penyebabnya dan bagaiman prospek ke depannya apakah masih menjanjijan.
Kita jangan langsung menjualnya di saat harganya turun rugi karena semata-mata takut mengalami kerugian yang lebih dalam.
Oleh karena itu, berinvestasi memerlukan perilaku dan sikap tersendiri, sendiri seperti apa yang dikatakan oleh salah satu orang terkaya di dunia Warren Buffett, yaitu :
“The most important quality for an investor is temperament, not intellect”
Kedua, apabila tidak bisa mengendalikan emosi dalam berinvestasi, di kemudian hari pada akhirnya kita akan menyesali terjadinya kerugian besar yang kita alami tanpa bisa diulang kembali.
Baca Juga: Jangan Pelit Berinvestasi, Tanamkan Duitmu Sekarang!
Kerugian tersebut bisa mengganggu kesehatan mental kita bahkan tidak menutup kemungkinan seseorang menjadi gila, karena uangnya yang begitu besar menjadi lenyap hanya dalam tempo yang singkat.
Penyesalan di kemudian hari sudah tidak ada gunanya lagi karena uang kita sudah melayang jauh tanpa bisa kembali ke kantong kita lagi.
Ketiga, dalam situasi merugi terkadang sikap investor akan mengalami perubahan menjadi lebih agresif.
Tidak terima dengan kerugian besar yang dialami, justeru membuat investor berpikir tidak rasional lagi karena masih dihinggapi dengan perasan emosi dan kemarahan akibat kerugian besar sebelumnya.
Oleh sebab itu dalam berinvestasi kita tidak boleh over confident dengan apa yang telah kita lakukan adalah mutlak benar sepenuhnya, namun harus tetap tenang dan kalem dalam menghadapi berbagi perubahan yang datang secara tiba-tiba.
Nasihat serupa juga disampaikan oleh Benjamin Graham, seorang penulis buku The Intelligent Investor, yang mengatakan bahwa :
“The individual investor should act consistently as an investor and not as a speculator”
Pendapat dari Benjamin Graham tersebut memberikan nasehat kepada kita bahwa seorang investor tidak sama dengan seorang spekulator, karena memang tujuannya berbeda.
Keduanya memang memiliki tujuan yang sama yaitu memperoleh keuntungan dari kegiatan investasi yang mereka lakukan, namun caranya berbeda.
Seorang investor akan memilih instrumen investasi yang bisa menjaga keamanan dan keberlangsungan modal awal yang diinvestasikan, jangan sampai nilainya turun atau bahkan hilang.
Baca Juga: Berinvestasi di Saat Pandemi? Siapa Takut!
Selain itu, seorang investor juga menyadari bahwa tingkat pengembalian uang yang sudah ditanamkan dalam sebuah investasi, secara normal hanya akan memberikan hasil yang wajar sesuai dengan kondisi umum yang terjadi di pasar, jadi hasilnya tidak instan ya Sahabat NOVA!
Dalam situasi normal mereka tidak mengharapkan adanya keuntungan yang berlipat ganda dalam tempo sesaat, kecuali ada sebuah peristiwa langka, seperti krisis ekonomi, yang membuat nilai investasinya menjadi naik berlipat-lipat.
Berbeda dengan spekulator yang lebih memilih pada instrumen investasi yang bisa memberikan keuntungan yang sangat besar dalam waktu singkat, namun justeru memiliki risiko yang sangat tinggi.
Dalam berinvestasi ada hubungan langsung yang harus kita pahami bahwa semakin besar keuntungan yang diperoleh, maka semakin besar pula potensi risiko yang dihadapi.
Sahabat NOVA, seorang spekulator bisa jadi hanya melihat potensi keuntungan besar yang akan diraihnya tanpa menydari dan memahami risiko yang melekat di dalamnya.
Bisa jadi di saat itu, spekulator memang secara kebetulan ramalannya tepat, sehingga memperoleh keuntungan besar.
Tetapi dalam berinvestasi akan sulit apabila kita mengandalkan kemungkinan-kemungkinan yang tidak pasti sebagai dasar untuk melakukan investasi, dengan harapan memperoleh keuntungan besar di atas rata-rata pasar atau kewajaran.
Bagi spekulator, faktor emosional sering menjadi pemicu utama dalam berinvestasi sehingga rasionalitas terkadang bukan lagi dianggap sebagai faktor penentu.
Dari uraian tersebut di atas dapat kita simpulkan bahwa mempunyai uang banyak belum menjadi jaminan akan suksesnya berinvestasi, karena dalam berinvestasi juga diperlukan sikap dan perilaku yang cool dan tidak emosional ya Sahabat NOVA.
SELAMAT BERINVESTASI DAN TELITI SEBELUM MEMBELI. (*)
Source | : | Otoritas Jasa Keuangan (OJK) |
Penulis | : | Dr. Agus Sugiarto |
Editor | : | Tiur Kartikawati Renata Sari |
KOMENTAR