Makanya, urusan legalitas erat kaitannya dengan persoalan transparansi platform donasi digital.
Hal ini juga penting diperhatikan sebelum memilih platform berdonasi.
Jika tidak transparan, kita patut curiga ke mana uang akan mengalir nantinya.
Baca Juga: Gandeng Dompet Duafa, Y.O.U Beauty Kampanyekan #WouldYouLoveYou Sebagai Ajang Berbagi dan Refleksi
Sebagai contoh sistem transparan yang sederhana adalah terbukanya data akan uang donasi yang masuk dan uang yang disalurkan.
“Contohnya pada kami, orang yang berdonasi atau enggak itu bisa lihat (laporan arus uang donasinya, red.) Oh sudah dicairkan sekian, digunakan untuk A, B, C. Jadi, ada narasi dan foto-fotonya. Kita pandu si penggalang dana untuk membuat laporan. Kita siapkan template-nya untuk mereka isi. Jika ada kuitansi pembayaran dari temanteman yang sakit dan berobat pun itu akan diunggah,” ujar Fara.
Kedua, lihat juga siapa penyelenggara atau penggalang dananya.
Ibaratnya platform donasi digital adalah kotak amal, dan beragam label pada kotak amal itulah yang perlu kita cermati.
“Penting untuk melihat yang menggalang dana siapa, nih. Apakah pribadi, yayasan, atau organisasi. Kalau di Kitabisa.com untuk yayasan di belakangnya ada label ‘org’ dan verifikasinya berlapis. Penggalang dana pribadi juga nanti akan ada keterangannya, akun sudah terverifikasi atau akun belum terverifikasi,” kata Fara.
Jadi, ingat-ingat dua hal itu, ya, Sahabat NOVA, wajib legal dan cermati penggalang dananya.
Nah, jika sudah ada beberapa kandidat platform donasi digital pilihan, maka selanjutnya cari tahu bagaimana cara mereka bekerja.
Pilih yang sesuai dengan tujuan donasi Sahabat NOVA dan pastinya bikin nyaman di hati.
Pokonya, jangan lupa donasi lewat aplikasi.
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)
Penulis | : | Maria Ermilinda Hayon |
Editor | : | Alsabrina |
KOMENTAR