NOVA.id - Penyebab kematian mendadak salah satunya henti jantung.
Henti jantung merupakan suatu penyakit yang terjadi tanpa tanda atau gejala yang disadari.
Tak sedikit juga public figure yang meninggal dunia karena henti jantung yang dialaminya, seperti Didi Kempot, Ashraf Sinclair, Cecep Reza, hingga anak Nurul Arifin.
Namun, apakah Sahabat NOVA sudah paham apa yang dimaksud tentang henti jantung?
Melansir Mayo Clinic, henti jantung merupakan hilangnya fungsi jantung, pernapasan, dan kesadaran yang secara tiba-tiba.
Kondisi ini biasanya disebabkan oleh gangguan pada sistem elektrik jantung yang mengganggu aktivitas jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Akibatnya, aliran darah pun terhenti.
Henti jantung mendadak juga bisa menyebabkan berkurangnya aliran darah ke otak dan menyebabkan ketidaksadaran.
Jika ritme jantung tidak cepat kembali normal, bisa terjadi kerusakan otak dan kematian.
Baca Juga: Kabar Duka Datang dari Marsha Aruan, Sang Ayah Meninggal Dunia di Usia 56 Tahun
Gejala
Gejala henti jantung mendadak sering kali terjadi secara langsung dan drastis. Berikut gejala tersebut:
- denyut nadi hilang
- pernapasan berhenti
- hilang kesadaran
Meski sering kali tak disadari, henti jantung juga memiliki gejala awal seperti berikut:
- rasa tidak nyaman di dada
- sesak napas
- tubuh lemas
- palpitasi atau sensasi ketika jantung berdenyut kencang
Penyebab
Gangguan irama jantung (aritmia) bisa merupakan penyebab umum henti jantung mendadak.
Sistem elektrikal berfungsi mengontrol laju dan ritme detak jantung. Jika terjadi kesalahan, jantung bisa berdetak terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur.
Biasanya, kondisi henti jantung membuat ventrikel atau ruang bawah jantung bergetar sehingga tidak dapat memompa darah ke seluruh tubuh. Pada akhirnya, seluruh fungsi dalam tubuh pun terganggu.
Baca Juga: Wajib Tahu, Ini Urutan Mandi yang Benar agar Terhindar dari Serangan Jantung
Selain itu, kondisi berikut juga bisa menjadi pemicu henti jantung mendadak:
- Penyakit arteri koroner
Sebagian besar kasus henti jantung mendadak terjadi pada orang yang memiliki penyakit arteri koroner.
Kondisi tersebut membuat arteri tersumbat oleh kolesterol dan endapan lainnya sehingga mengurangi aliran darah ke jantung.
- Serangan jantung
Serangan jantung juga bisa memicu fibrilasi ventrikel. Selain itu, serangan jantung juga bisa menyebabkan munculnya jaringan parut di jantung yang membuat gangguan pada irama jantung.
- Jantung membesar atau kardiomipati
Kardiomiopati sering kali terjadi karena otot jantung meregang, membesar, atau menebal. Hal ini membuat otot jantung tidak berfungsi normal yang memicu aritmia.
- Penyakit jantung valvular
Kebocoran atau penyempitan katup jantung menyebabkan peregangan atau penebalan pada otot jantung yang juga bisa memicu aritmia penyebab terjadinya henti jantung mendadak.
- Penyakit jantung bawaan
Ketika henti jantung mendadak terjadi pada anak-anak atau remaja, hal itu bisa disebabkan oleh kelainan jantung yang ada saat lahir (penyakit jantung bawaan).
Orang dewasa yang telah menjalani operasi korektif untuk cacat jantung bawaan pun masih memiliki risiko tinggi terkena mengalami henti jantung mendadak.
- Faktor risiko
Ada berbagai faktor yang bisa meningkatkan peluang terjadinya henti jantung mendadak. Berikut faktor risiko tersebut: genetik, gaya hidup, merokok, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, obesitas, diabetes, gaya hidup pasif.
Baca Juga: Kabar Duka dari Via Vallen, Detak Jantung Janin di Kandungannya Tidak Terdeteksi
Mencegah dan mengatasi
Cara mencegah terjadinya henti jantung mendadak adalah mengurangi faktor risikonya. Hal ini bisa kita lakukan dengan melakukan pemeriksaan kesehatan rutin dan menjalani gaya hidup sehat.
Saat orang di sekitar kita mengalami henti jantung mendadak, segera hubungi layanan medis. Selama menunggu layanan medis datang, lakukan pertolongan pertama dengan memompa jantung dan memberi napas buatan.
Dikutip dari artikel dokter Felix Chikita Fredy di Kompas.com, berikut cara tepat melakukan pompa jantung dan napas buatan:
1. Posisikan penderita hingga berbaring telentang di atas landasan yang cukup keras, seperti lantai.
2. Posisi kepala sedikit menengadah karena dalam posisi ini saluran napas terbuka lebar dan lurus.
3. Penolong berlutut di samping penderita.
4. Pompa pada dinding dada dilakukan dengan kedua telapak tangan yang saling bertumpu. Tidak semua telapak tangan menyentuh dinding dada, hanya bagian tumit telapak tangan yang menumpu pada dinding dada.
5. Selanjutnya posisi telapak tangan, siku, hingga bahu lurus. Hal ini agar tenaga yang dihasilkan besar, dan penolong tidak kelelahan.
6. Sumber tenaga untuk memompa adalah sendi bahu. Jadi, gerakan memompa bukan berasal dari tenaga lengan bawah ataupun lengan atas, tetapi dari gerakan naik turunnya bahu.
7. Tumit tangan diletakkan di tulang tengah dada, di pertengahan setengah bawah tulang dada. Pada laki-laki, posisinya kira-kira sejajar puting susu, sedangkan pada perempuan sejajar lipatan kulit bawah payudara.
Baca Juga: Mawar Eva Perankan Karakter Sulit, Jadi Psikopat di Film Puisi Cinta yang Membunuh
8. Pompa diberikan berirama dengan kecepatan 100 kali per menit.
9. Pompa diberikan dengan kekuatan yang menyebabkan dinding dada terdorong sejauh 5 sentimeter.
10. Setiap 2 menit, periksa kembali nadi penderita apakah sudah teraba atau belum.
11. Napas buatan boleh diberikan. Namun, sejumlah penelitian menyimpulkan bahwa napas buatan tidak perlu dilakukan bila penolong adalah orang awam.
12. Pemompaan terus diberikan hingga bantuan medis datang. Bila penolong lelah, tindakan ini dapat digantikan oleh penolong lain.
13. Pemompaan dapat dihentikan bila petugas medis datang, penolong kelelahan dan tidak ada penolong lainnya, atau tindakan ini telah diberikan dalam waktu 20 menit tanpa perbaikan (penderita masih tidak sadar, napas, dan nadi tidak ada).
Artikel ini sebagian telah tayang di Kompas.com dengan judul Henti Jantung: Gejala, Penyebab, hingga Cara Mengatasinya (*)
Penulis | : | Widyastuti |
Editor | : | Widyastuti |
KOMENTAR