NOVA.id - Ada alasan mengapa anak-anak bisa menjadi pelaku bullying.
Kasus perundungan atau bully yang membuat sang korban meninggal dunia menggegerkan masyarakat Indonesia belum lama ini.
Seorang bocah asal Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi, Jawa Timur berinisial MR (11) tewas gantung diri.
Siswa kelas 4 Sekolah Dasar (SD) tersebut diduga bunuh diri lantaran tak kuat dirundung oleh teman-temannya dan disebut tidak memiliki ayah.
Hal ini pun menjadi perhatian masyarakat Indonesia terkait pembully-an.
Banyak yang tak habis pikir terhadap pelaku bullying hingga menyebabkan sang korban memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.
Dilansir dari Kompas.com, ada alasan anak menjadi pelaku bullying di sekolahnya.
Seperti yang diketahui, menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, bullying atau perundungan adalah segala bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan dengan sengaja.
Bullying dapat dilakukan oleh satu orang atau sekelompok orang yang lebih kuat atau berkuasa terhadap orang lain dengan tujuan untuk menyakiti dan dilakukan secara terus menerus.
Sementara itu, Very Well Mind mendefinisikan bullying sebagai perilaku tidak diinginkan atau agresif dari seseorang yang sengaja membuat marah, menyakiti, atau berkuasa atas orang lain.
Meski perilaku tersebut tidak terpuji, bullying dapat dilakukan sejak anak-anak dan berlanjut hingga remaja dan dewasa, baik secara langsung atau online-seperti media sosial.
Baca Juga: Viral Kasus Bullying di Sekolah, Orangtua Wajib Lakukan Hal Ini
Ada alasan mengapa seorang anak menjadi pembully. Berikut 7 alasan mengapa anak-anak bisa menjadi pelaku bullying di sekolahnya.
1. Mencari kekuasaan
Anak dan remaja pada umumnya cenderung memiliki hasrat untuk memegang kendali atau memiliki kekuasaan.
Hal tersebut dapat dipicu oleh anggapan mereka yang tidak dapat merasakan kekuatan apapun dalam dirinya, sehingga muncul keinginan untuk mendapatkan kekuasaan dari interaksi sosial yang dianggap lebih menarik.
Terlebih jika ada hal-hal yang tidak berjalan sesuai keinginan mereka, maka keterlibatan mereka dalam tindakan agresi relasional cenderung lebih tinggi.
Beberapa sikap yang termasuk ke dalam tindakan agresi itu di antaranya adalah bergosip, mengejek seseorang, merundung, pengucilan hingga dominasi sosial.
2. Kepopuleran
Bullying bisa menjadi manifestasi dari status sosial. Umumnya, anak-anak yang populer sering mengolok-olok mereka yang kurang populer, serta dapat melanggengkan tindakan agresi relasional.
Sejumlah perilaku yang menyangkut hasrat memiliki kepopuleran itu membuat anak-anak atau pelaku bullying menyebarkan desas-desus atau gosip, mempermalukan si target, dan mengucilkannya.
Secara tidak sadar, mereka yang melakukan tindakan bully atas dasar ingin meraih kepopuleran itu berharap agar perhatian semua orang tertuju padanya.
Tujuan mereka juga mungkin mem-bully orang lain untuk mengurangi status sosial para si korban atau merendahkan mereka.
Baca Juga: Saat Anak jadi Pelaku Perundung, Bagaimana Respons Orang Tua?
3. Aksi balas dendam
Sejumlah remaja yang menjadi korban bullying cenderung memiliki hasrat untuk balas dendam dengan mem-bully orang lain.
Terutama ketika mereka merasa berhasil menakut-nakuti korbannya, hal tersebut bisa memicu kelegaan di dalam hatinya dan merasa puas.
4. Kesepian
Anak-anak atau remaja yang bosan dan tengah mencari hiburan dengan cara yang salah terkadang menggunakan bullying untuk menambah kegembiraan dalam hidup mereka.
Mereka memilih mengintimidasi orang lain karena mereka kekurangan perhatian dari orang tua atau lingkungan di sekitarnya.
5. Kurangnya rasa toleransi
Dalam banyak kasus, bullying terjadi atas dasar si pelakunya tidak memiliki toleransi.
Beberapa hal yang memicu perundungan antara lain terkait dengan alasan ras, agama, identitas gender bahkan orientasi seksual.
6. Takut tidak akan diterima oleh lingkungan
Terkadang anak-anak yang melakukan aksi bullying hanya karena faktor ikut-ikutan.
Mungkin yang menjadi biang keroknya hanya satu, tapi kemudian dia sendiri terseret juga menjadi pelaku.
Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh rasa ketakutan jika dia tidak diterima oleh lingkungan sekitarnya.
Atau bila tidak mengikuti kemauan si ketua geng, bisa jadi ada rasa ketakutan bahwa dirinyalah yang akan menjadi korban intimidasi selanjutnya.
7. Meniru orang lain
Untuk seorang anak, melakukan bullying mungkin disebabkan karena anak itu meniru orang lain.
Namun, karena mereka tidak paham bahwa tindakan bullying bisa menyakit orang lain, mereka asal meniru, karena melihat orang lain melakukannya.
Ya, itu tadi alasan seorang anak bisa jadi pelaku bullying di sekolahnya.
Karena itu, diperlukan kerjasama yang baik dari pihak sekolah dan orang tua agar menciptakan lingkungan belajar yang baik dan kondusif. (*)
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
KOMENTAR