Nah, masuk ke inti permasalahan, saya sedang bingung dan khawatir kalau sampai saya
tua nanti saya tidak akan mampu beli rumah.
Saya tidak ingin ibu saya tinggal sendirian, di rumah kontrakan pula. Hanya saja, yah, kayaknya keinginan saya dan kakak muluk-muluk, Bu.
Soalnya ibu saya sudah enggak bekerja dan cuma buka warung di depan rumah. Keuntungannya cukup buat biaya sehari-hari saja.
Sementara kakak saya hanya bekerja sebagai staf di sebuah kantor dan gajinya tidak seberapa—dan pastilah bakal habis kalau dipakai memenuhi keperluan keluarga dia sekarang.
Saya pun sama. Saya hanya berprofesi sebagai guru yang gajinya enggak bisa dibilang besar.
Tabungan saya juga sudah mau habis dipakai untuk mengurusi pernikahan.
Suami kakak dan calon suami saya kebetulan berpikiran sama, sama-sama ingin tinggal terlebih
dahulu di rumah orangtua dan mengutamakan kebutuhan lain daripada rumah.
Jadi, mereka tidak punya pikiran untuk membeli rumah dulu. Sehingga kalau saya dan kakak mau punya rumah, kami harus bahu-membahu mencicil rumah.
Baca Juga: Mau Beli Rumah Baru untuk Moana, Ria Ricis Akhirnya Rela Menjual Kost
Tapi kalau dipikir-pikir, uang kami tidak seberapa.
Mau menabung pun, kayaknya selama 5-10 tahun yang akan datang enggak bakal bisa juga beli rumah. Bahkan bayar DP juga enggak sanggup, nih, Bu.
Rumah di Jakarta, kan, mahal. Di pinggiran juga mahal. Biaya Rp10 juta untuk ngontrak setahun, juga tak sebanding dengan cicilan rumah.
Source | : | Tabloid Nova |
Penulis | : | Tejasari Asad |
Editor | : | Indira D. Saraswaty |
KOMENTAR