NOVA.ID - “Sebenarnya, apa saja bisa dijadikan lahan usaha. Asal kita niat, mau belajar, tekun, dan tak pernah lelah memasarkan hasil karya, maka kesuksesan makin dekat dengan kita,” kata Qhyqi, sapaan akrab Nurinda Qhyqi Rachmawati ini seolah berpesan pada kita yang masih bingung atau takut untuk mulai membangun usaha sampingan.
Qhyqi memang tak sembarang bicara, karena empat hal itulah yang menuntun dirinya bisa terus mengembangkan usaha sepatu lukis yang diberi merek Qyuta Lines itu.
Sambil terus mengembangkan kemahirannya melukis yang diturunkan dari sang ayah.
Akibat Kemahalan
Awalnya, Qhyqi mengaku tak terlalu menyadari bakat lukis dalam dirinya.
Apalagi sampai dijadikan bisnis seperti sekarang.
Dia ingat, tahun 2010, saat lagi jalan-jalan di sekitaran Malioboro, Yogyakarta, dia tertarik untuk membeli sebuah sepatu lukis di salah satu gerai.
Tapi saat mau beli, dia “ciut” karena harganya dianggap terlalu mahal; sepasangnya dihargai Rp400.000.
Namun, keinginan memiliki sepatu lukis begitu besar.
Sehingga akhirnya dia memutuskan untuk coba-coba bikin sendiri dengan niat membuka usaha sampingan.
“Aku, kan, suka menggambar. Jadi tak ada salahnya aku mencoba membuat sepatu lukis itu,” kata lulusan Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo ini tersenyum.
Baca Juga: Tanpa Modal! Begini Cara Cuan Jadi Blogger untuk Usaha Sampingan
Alhasil, Qhyqi mulai browsing di YouTube seputar tutorial membuat sepatu lukis.
Dia mulai menyiapkan bahan-bahannya.
“Aku mulai membeli sepatu polos merek Wakai dua pasang. Niatnya, yang satu akan dilukis menggunakan cat akrilik, satunya lagi menggunakan sablon. Sebab, yang aku pelajari, untuk mewarnai lukisan di sepatu menggunakan dua cat itu,” jelas Qhyqi kemudian.
Setelah jadi, Qhyqi memakai sepatu lukis buatannya itu ke kampus.
Tak disangka, teman-teman memuji hasil karyanya.
Bahkan, mereka juga kepengin dibuatkan sepatu lukis seperti yang dipakai Qhyqi.
“Dari hasil iseng- iseng itulah pesanan membuat sepatu lukis mulai datang,” ungkap Qhyqi.
Usaha sampingan membuat sepatu lukis mulai dijalani Qhyqi di sela-sela kuliahnya.
Selain bisa menyalurkan hobi melukisnya, dia juga bisa dapat tambahan uang saku yang lumayan.
Kala itu, dalam sebulan, dia mampu memproduksi 20-30 pasang sepatu, dengan harga jual saat itu Rp60.000-Rp90.000 per pasang.
Sampai akhirnya dia lulus kuliah dan menikah pada tahun 2015, kemudian sempat jadi pegawai kantoran sebuah pengembang perumahan di Jakarta.
Baca Juga: Pelihara Kelinci Hias, Hobi Bisa Jadi Usaha Sampingan yang Cuan
Meski begitu, usaha sampingan sepatu lukisnya tetap jalan.
“Sehabis kuliah, aku sempat bekerja. Lagi-lagi sepatu lukis ini hanya kujadikan pekerjaan sampingan saja. Tapi makin ke sini, kok, pendapatan dari (bisnis sampingan) ini malah lebih besar dibanding dari penghasilan pekerjaanku,” cerita Qhyqi.
Berhenti Kerja
Melihat perkembangan bisnis sepatu lukisnya yang makin maju, Qhyqi pun membuat keputusan besar pada tahun 2017.
Dia akhirnya memilih berhenti bekerja dan kembali pulang ke kampung halamannya di Magelang, Jawa Tengah.
Dia pun memutuskan untuk fokus berbisnis sepatu lukis, sambil mengasuh anak.
Qhyqi makin semangat mengembangkan bisnis dengan bendera Qyuta Line’s, yang diambil dari singkatan nama dirinya dan Asta, sang suami
Tak disangka, karena menyebar dari mulut ke mulut, pesanan sepatu lukis makin banyak. Motif yang ditawarkan pun beragam, mulai bunga, batik, anime, hingga lukisan berbentuk ucapan yang dihias dengan motif lain.
Semua tergantung permintaan pemesan.
Bahkan, Qhyqi juga menyanggupi permintaan motif wajah seseorang.
“Kalau yang motif muka seseorang, pengerjaannya bisa lebih lama dan harganya pun beda. Karena agak rumit,” kata Qhyqi sambil menyebut bahwa dia menggunakan cat akrilik untuk mewarnai lukisan di sepatu.
Baca Juga: Cara Daftar Content Creator Felancy, Bisa Jadi Peluang Usaha Sampingan
“Kalau pakai akrilik akan tahan lama. Jadi pelanggan puas.”
Banyaknya pesanan, tentu membawa konsekuensi tersendiri.
Qhyqi mengaku cukup kerepotan mengerjakannya sendiri, akhirnya pelanggan ada yang komplain.
Biasanya dia hanya sempat mengerjakan sepatu lukis pada malam hari, para pemesan diberi waktu selama 7-10 hari untuk tahap pengerjaan dan pengiriman.
“Kalau lagi banyak pesanan, pernah ‘molor’ hingga 2-3 hari. Mereka langsung komplain. Maklum, pepatah ‘pembeli adalah raja’ memanglah benar, dan selalu aku pegang teguh. Jadi, harus tetap diistimewakan. Yang pasti, hasilnya akan kumaksimalkan agar mereka puas,” tuturnya.
Untuk menjaga kepercayaan pelanggan, akhirnya Qhyqi berinisiatif menggandeng kakak sepupunya untuk membantu produksi sepatu lukis.
Dengan begitu, proses produksi tak lagi telat.
Pembeli Perempuan
Disadari Qhyqi, pembeli Qyuta Lines kebanyakan datang dari kalangan perempuan.
Baik itu mahasiswa, pekerja, sampai ibu muda yang memesan sepatu couple untuk pasangan atau anaknya.
Waktu itu, ia menjual sepatu produksinya dengan harga berkisar Rp140.000-Rp200.000 per pasang.
Baca Juga: Modal Minimalis, Kegiatan Mengisi Waktu Luang Ini Bisa Jadi Sumber Penghasilan Tambahan!
Kalau untuk motif wajah seseorang, harganya naik Rp100.000 karena lebih rumit pembuatannya.
Jika tertarik memesan, cukup melalui akun Instagram @qyutalinessepatulukis saja.
“Sekarang pemasaran sudah mudah, hanya lewat Instagram dan Facebook, semua bisa pesan. Beda dengan dulu, yang hanya dari mulut ke mulut dan lewat pameran saja,” kata Qhyqi.
Meski usaha sampingannya kini bisa jadi penghasilan utama, Qhyqi enggan menyebut besaran pasti omzetnya itu.
“Omzet, sih, standar saja. Yang terpenting, kan, kebutuhan kami terus tercukupi. Dan aku tetap bisa berkarya,” tuturnya sambil tertawa. (*)
(Bagus Septiawan)
Penulis | : | Maria Ermilinda Hayon |
Editor | : | Maria Ermilinda Hayon |
KOMENTAR