NOVA.ID - Meski usaha rumahan kita udah berjalan, tapi urusan keuangan kadang masih saja tak tertangani dengan benar.
Paling sering, uang untuk mengelola usaha rumahan tercampur dengan uang kebutuhan rumah tangga.
Misalnya, membeli bahan pokok pakai uang usaha dulu.
Pas mau promosi barang jualan, eh, uangnya enggak cukup.
Akhirnya, malah pakai uang untuk bayar air. Duh, jadi kusut, deh.
Padahal uang bisnis bukan uang untuk belanja kebutuhan rumah tangga.
Penting untuk memisahkan keduanya agar semuanya dapat terkontrol, dan benar-benar terlihat keuntungannya.
Tapi, bagaimana cara mengatasi uang usaha rumahan yang tercampur uang belanja di rumah?
Yuk, simak solusi cara mengatasi hal ini dari Rista Zwestika, CFP. WMI., Certified Financial Planner.
1.Pilah dan Buat Daftar
Keuangan usaha rumahan dan rumah tangga terlanjur bercampur, biasanya karena kita tidak tahu berapa pengeluaran yang sebenarnya diperlukan.
Baca Juga: Baru Mulai Jualan? Jangan Lupa Lakukan Cara Hitung Proyeksi Laba dan Rugi Usaha Rumahan
Untuk itu, menurut Rista, hal yang pertama perlu dilakukan adalah memilah dan membuat daftar ke mana saja uang bisnis dan uang rumah tangga mengalir setiap bulannya.
Termasuk kalau ada kewajiban membayar utang.
Nah, dari sini akan terlihat berapa besaran yang harus dikeluarkan untuk kebutuhan bisnis dan kebutuhan rumah tangga tiap bulan.
Dengan begitu, kita sudah siap menganggarkan dan tidak lagi mencampurkan satu dengan yang lainnya.
2.Tentukan Besaran Gaji Diri Sendiri
Jangan lupa tentukan berapa besar kita menggaji diri sendiri.
Jadi dari anggaran bisnis sudah ditentukan sejak awal berapa kita menggaji karyawan, dan berapa menggaji diri sendiri.
Gaji ini nantinya boleh digunakan memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Kata Rista dalam Kuliah WhatsApp bertajuk “Uang Bisnis Bukan untuk Belanja Bulanan” kerja sama NOVA dan Allianz Indonesia beberapa waktu lalu, hal ini dilakukan agar setiap keuntungan yang didapat dari bisnis tidak habis dipakai untuk kebutuhan rumah tangga.
Nah, dengan sistem penggajian yang jelas sejak awal, maka sisa keuntungan dapat digunakan untuk mengembangkan bisnis.
3.Pisahkan Rekening
Baca Juga: Tips Pintar Atur Uang Bisnis ala Najla Bisyir, Sukses Kembangkan Bittersweet by Najla
Memisahkan keuangan usaha rumahan dan keuangan pribadi adalah hal yang sangat penting untuk dilakukan.
Pemilahan uang bisnis dengan uang belanja di rekening yang berbeda sangat efektif untuk mengurangi risiko dana modal bisnis terpakai.
Sehingga, uang bisnis bisa kita maksimalkan untuk melakukan ekspansi bisnis, dan uang belanja dapat kita fokuskan untuk mencapai tujuan keuangan keluarga.
Jangan lupa untuk selalu konsisten, ya.
4.Punya Catatan Keuangan
Setelah anggaran dirapikan dan rekening dipisahkan, maka berikutnya adalah harus membuat pencatatan keuangan bisnis dan keuangan pribadi secara terpisah.
Catat semua arus uang yang masuk maupun keluar, sekecil apa pun agar tidak terjadi “kebocoran”.
Pencatatan keuangan juga bisa mengontrol pengeluaran- pengeluaran, sehingga mencegah terjadinya pemborosan.
Sahabat NOVA bisa melakukan pencatatan dengan menggunakan aplikasi pencatatan digital, atau bisa pakai cara manual dengan Excel, atau dengan membuat pembukuan.
5.Punya Dana Darurat
Baik di pengaturan keuangan keluarga maupun usaha rumahan, keduanya disarankan memiliki dana darurat masing-masing.
Baca Juga: NOVA Bersama Allianz Indonesia Gandeng TaniFund Gelar Kulwap untuk Mitra Petani
Hal ini guna mengantisipasi terjadinya situasi mendesak, kehilangan sumber pendapatan secara mendadak, atau terjadi kerugian bisnis yang membutuhkan pengeluaran besar.
Jika masing- masing memiliki dana daruratnya sendiri, maka tidak akan memengaruhi atau mencampuri kebutuhan satu sama lain.
Perhitungan dana darurat untuk keluarga dan bisnis bisa bervariasi, bisa dihitung dengan 3-12 dikali pengeluaran per bulan.
Ingat juga untuk menyimpan dana darurat di instrumen keuangan yang ALIM (Aman, Likuid, dan Mudah dijangkau) seperti tabungan, deposito, emas, logam mulia, dan/atau reksadana pasar uang. (*)
Penulis | : | Maria Ermilinda Hayon |
Editor | : | Maria Ermilinda Hayon |
KOMENTAR