NOVA.id - Meminjam uang melalui fasilitas kredit usaha dari lembaga keuangan seperti bank memang banyak dilirik oleh para pengusaha kecil menengah.
Umumnya, kredit akan dikucurkan untuk usaha-usaha yang sudah berjalan, setidaknya setahun dan sudah lolos survei.
Lalu kapan seorang pengusaha sebaiknya mulai mengajukan kredit?
Menurut perencana keuangan, Tejasari, perlu pertimbangan matang saat akan memutuskan untuk mengajukan permohonan kredit.
"Kredit mikro bunganya relatif besar, jadi harus dipikirkan baik-baik, sanggup atau tidak membayar cicilannya nanti? Bisnisnya itu memungkinkan pemiliknya menyicil kredit atau tidak? Kenapa merasa harus menambah modal?" katanya mewanti-wanti.
Prospek bisnis juga patut menjadi pertimbangan perlu atau tidaknya menambah modal.
Teja memberi gambaran kondisi di mana tambahan modal dirasa perlu, "Salah satunya jika permintaan meningkat, sedangkan modal untuk membeli bahan bakunya kurang.
Saat permintaan pasar menunjukkan grafik yang meningkat, itu juga saat yang tepat untuk menambah modal, misalnya usaha makanan yang peminatnya sampai mengantre panjang."
Meski salah satu syarat mengajukan kredit adalah usia usaha minimal setahun, bukan berarti semua usaha yang sudah berumur setahun layak dikucuri kredit usaha.
"Perlu diperhatikan, yang namanya bisnis bukan sekadar usaha yang sedang dijalankan. Bisnis sejatinya mengalami kemajuan. Berjualan masakan di rumah belum bisa dijadikan bisnis jika dia tidak mengalami perkembangan," paparnya.
Bisnis yang sudah berusia lebih dari setahun, kata Teja, sebaiknya tidak terburu-buru mengajukan kredit.
Baca Juga: 4 Ide Usaha Modal Kecil di Desa Tapi Untung Besar, Apa Saja?
Sebelum meminta pinjaman modal, ada baiknya melakukan evaluasi terhadap bisnisnya.
Jika sudah mantap, maka tak perlu ragu untuk mengisi aplikasi permohonan kredit usaha.
Dalam mengajukan jumlah tambahan modal yang ingin diajukan, lagi-lagi Teja mengingatkan untuk membuat perencanaan yang matang.
Perencanaan itu dapat berupa perincian modal yang dibutuhkan.
"Misalnya kebutuhannya adalah ekspansi usaha dengan menambah cabang, menambah layanan pesan antar, menambah pegawai, yang artinya butuh alokasi gaji pegawai baru selama setahun ke depan.
Dari situ akan muncul perkiraan biaya yang dibutuhkan."
Perincian itu akan membantu penerima kredit untuk mengelola uang yang diterima nanti.
"Jangan sampai setelah uang diterima malah dibelikan motor yang hanya dipakai untuk antar jemput anak sekolah.
Ini nantinya bisa mengganggu bisnis dan malah jadi kesulitan mencicil kredit," ujar Teja.
Tenggat mengembalikan uang pinjaman yang berbeda-beda juga perlu diperhatikan. Beberapa lembaga keuangan memberlakukan aturan cicilan pertama langsung dibayarkan di bulan berikut setelah kredit kucur.
Teja menyarankan, untuk mengambil kredit yang pembayaran cicilannya dimulai di bulan ketiga setelah uang diterima.
Baca Juga: Resep Sambal Kriuk, Usaha Rumahan Modal Receh Tapi Untung Banyak
Atur Cash Flow
Setelah uang ditangan, tak jarang si pengusaha yang baru menerima suntikan dana dengan segera mengalokasikan modal agar tak habis percuma atau bahkan tercampur urusan pribadi.
Jika ada tambahan pegawai, "Ada baiknya menyisihkan dana gaji pegawai selama setahun ke depan," saran Teja.
Untuk mengelola modal bisnis secara efektif, perlu ada pengaturan cash flow yang baik pula.
Pengaturan itu dapat dilakukan secara harian, mingguan, atau bulanan tergantun kebutuhan si pemilik usaha.
Jika pemasukan berlangsung harian, ada baiknya digunakan langsung untuk pengeluaran rutin harian, sisanya ditabung.
"Misalnya dari pemasukan RP 500 ribu per hari, ada kebutuhan membayar gaji harian pegawai RP 50 ribu sehari, sisanya dikumpulkan sebagai laba perusahaan."
Teja pun menyarankan untuk tidak mencampurkan keuangan pribadi dengan perusahaan agar terkelola lebih baik.
Sisa uang yang disimpan juga ekfektif untuk mengantisipasi pengeluaran yang sifatnya berbeda.
Dari keuntungan harian itu, pengusaha bisa menyisihkan untuk pengeluaran yang sifatnya mingguan atau bulanan, termasuk untuk cicilan kredit.
Dari keuntungan yang terkumpul dalam setahun, pengusaha bisa mengambil ekstra uang sebagai bonus, baik untuk dirinya sendiri maupun bonus pegawai, atau untuk pengembangan usaha.
"Makanya lebih baik ditentukan sejak awal berapa 'gaji' untuk diri sendiri tiap bulan, jadi keuntungan terkumpul dan bisnis bisa jadi besar."
Keuntungan itu juga berfungsi sebagai uang untuk keadaan tak terduga.
Uang perusahaan yang tercampur dengan uang pribadi, bisa menjadi faktor penyebab usaha jadi mandeg.
"Biasanya keuntungan digunakan untuk kebutuhan rumah tangga, tanpa memikirkan bisnis ini mau dikembangkan seperti apa."
Baca Juga: Usaha Rumahan Resep Martabak Mini dan Lengkap dengan Perhitungan Modalnya!
Tambah Modal
Jika usaha sudah berkembang dengan bantuan kredit dan cicilan pun sudah lancar, kapan saatnya menambah modal?
Teja menyarankan untuk melakukannya di kala permintaan melampaui kemampuan dalam menyediakan barang.
"Kalau usahanya restoran, saat pelanggannya makin banyak, permintaan makin banyak dan bangunan butuh diperluas atau buka cabang, misalnya.
Kalau kemarin tidak menyisihkan untuk tambahan modal, itu bisa jadi alasan untuk menambah modal lewat pinjaman kredit."
Selain itu, kemampuan membayar cicilan pun tetap harus dipertimbangkan.
Lalu bagaimana jika bisnis berjalan biasa-biasa saja, tapi ingin menambah modal?
Bagi Teja, sah-sah saja meski permintaan tidak menunjukkan peningkatan berarti, tapi si pengusaha ingin meningkatkan produksi.
"Asalkan pinjamnya jangan terlalu banyak dan penambahannya sedikit-sedikit saja, tapi secara bertahap," pungkasnya.
1. Evaluasi usaha Anda. Jika memang memiliki prospek yang baik, tandanya Anda siap menambah modal.
2. Pilih kredit usaha yang cicilan pertamanya dilakukan mulai bulan ketiga atau lebih setelah dana dikucurkan, agar ada jeda waktu mengumpulkan uang dari keuntungan usaha.
3. Gunakan pinjaman tersebut sevara cermat untuk kepentingan usaha, bukan untuk keperluan pribadi semata.
4. Jangan mencampurkan keuangan perusahaan dengan keuangan pribadi.
5. Cermat memilih kredit dengan agunan atau kredit tanpa agunan (KTA). Bunga KTA umumnya lebih tinggi.(*)
Penulis | : | Tiur Kartikawati Renata Sari |
Editor | : | Tiur Kartikawati Renata Sari |
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
KOMENTAR