Karena skizofrenia merupakan penyakit jiwa berat dan kronis.
Tapi, betul enggak, sih, sakit jiwa itu karena faktor keturunan?
“Penyebabnya multifaktor, tidak ada satu faktor yang bisa menyebabkan terjadinya skizofrenia. Skizofrenia bisa terjadi pada siapa saja,” jelas dr. Eka Viora SpKJ, Ketua Majelis Kolegium Psikiatri Indonesia (MKPI) Persatuan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Indonesia (PDSKJI).
Menurut dokter kita ini, banyak pemicunya, seperti faktor genetis, kondisi pra-kelahiran, cedera otak, trauma, tekanan sosial, dan stres.
Selain itu, pemakaian narkotika dan obat-obatan psikotropika juga dapat menjadi faktor pemicunya.
Walaupun penyebabnya beragam, gejala dari skizofrenia ini dapat dikenali sejak dini.
“Gejala skizofrenia itu bervariasi, ya. Keluarga biasanya bisa melihat terjadinya perubahan pada anggota keluarganya.
Misalnya, yang pertama dia ceria lalu mulai menarik diri, kemudian dia yang biasanya kalau ngobrol masih nyambung antara satu kata dengan satu kata sekarang sudah tidak nyambung lagi.
Kemudian ada halusinasi atau keyakinan yang salah yang tidak bisa dikoreksi, itu biasanya kita sebut waham,” ujar dr. Eka.
Dan tak selalu mereka yang menderita gangguan jiwa itu selalu mengamuk.
Ada yang terlihat sedih, murung, dan terlampau bahagia.
Ada juga yang diam atau terus menerus mengoceh. Gejala skizofrenia paling banyak terjadi pada masa remaja.
Namun, bisa juga terjadi pada anak-anak dan dewasa muda, bahkan pada orang yang berusia di atas 40 tahun sekalipun. (*)
Penulis | : | Maria Ermilinda Hayon |
Editor | : | Maria Ermilinda Hayon |
KOMENTAR