TabloidNova.com - Meningitis atau radang selaput otak merupakan penyakit yang dapat berakibat fatal, karena menyebabkan gangguan otak dan kelumpuhan. Seseorang yang terinfeksi akan mengalami gejala meningitis yang khas, seperti demam tinggi secara mendadak, leher kaku, mual, dan muntah.
Rasa kaku di belakang leher (tengkuk) ini dapat menyebabkan leher terasa pegal, sehingga tidak bisa digerakkan. "Saking kakunya, sampai-sampai tengadah pun tidak bisa. Jadi posisi leher lurus saja," kata dokter spesialis penyakit dalam dr Iris Rengganis KAI, FINASIM pada kampanye menyambut hari meningitis sedunia bertajuk "Saatnya Bekali Diri untuk Lindungi Bangsa, Cegah Meningitis" di Jakarta, pekan lalu.
Kakunya bagian tengkuk ini disebabkan adanya serangan kuman meningitis ke daerah selaput dan korda spinalis yang merupakan sistem saraf pusat. Masifnya serangan dapat menimbulkan rasa kaku pada penderita yang bisa timbul 2-3 hari setelah tertular kuman meningitis.
"Sebetulnya, masa inkubasi kuman meningitis selama 2-10 hari. Namun jika daya tahan tubuh lemah dan serangan kuman masif, kaku pada tengkuk dapat terjadi lebih cepat," kata Iris.
Kaku pada tengkuk ini juga dapat terjadi akibat infeksi bakteri atau virus penyebab meningitis. Kendati diawali oleh gejala demam dan rasa mual yang mirip gejala flu, namun yang membedakan meningitis dengan infeksi flu adalah tidak adanya batuk atau pilek.
Namun demikian, penanganan secara cepat akan memperbesar kesembuhan meningitis. "Penderita meningitis sebaiknya sudah mendapat penanganan sebelum 24 jam. Jika sudah terasa kaku pada tengkuk, berarti serangan sudah lebih masif," kata Iris.
Menurut Iris, memang tidak mudah mengenali gejala meningitis. Namun perlu dicurigai mereka yang diduga dapat membawa kuman meningitis jika baru pulang bepergian dari daerah endemik meningitis, misalnya seusai menunaikan ibadah haji atau umrah.
Daerah endemik meningitis meliputi Amerika Serikat, Afrika Selatan, dan Australia. Walaupun bukan daerah endemik, Saudi Arabia banyak didatangi orang-orang dari berbagai belahan dunia. Kondisi ini membesar kemungkinan kuman meningitis lebih mudah menyebar.
Intan Y. Septiani/KOMPAS
KOMENTAR