TabloidNova.com - Jika Anda perhatikan, ada fitur bernama inner circle dalam tampilan sebuah akun email maupun di platform media sosial Path yang kini semakin digandrungi oleh sebagian masyarakat. Inner circle tersebut memudahkan Anda untuk berbagi dan berhubungan hanya dengan orang-orang dekat yang Anda inginkan.
Berteman dengan orang-orang terdekat pilihan kita sendiri jelas memberi rasa nyaman. Tapi, banyak yang beranggapan bahwa gaya pertemanan inner circle seringkali membuat kita membatasi diri untuk mengenal lingkungan sekitar dan bersosialisasi.
"Inner circle sebenarnya sebuah lingkaran pertemanan terdekat yang berisi orang-orang yang dirasa paling nyaman untuk berbagi kisah, cerita, dan pengalaman. Pertemanan yang isinya orang-orang yang dianggap lebih tulus dapat menerima diri apa adanya sehingga tidak menciptakan situasi yang mengancam," jelas psikolog Ayoe Sutomo pada TabloidNova.com.
Seiring gaya hidup perkotaan yang cenderung modern dan bebas, inner circle menjadi paham yang mengartikan pertemanan hanya sesuai kelas sosial, entah dari segi materi maupun sikap gengsi. Sehingga makna inner circle pun bergeser yang semula positif menjadi negatif.
Ayoe memaparkan bahwa bagi sebagian individu, memiliki inner circle menjadi baik karena meskipun cukup terbuka dalam kehidupan sosial, namun pada hakekatnya setiap individu tetap membutuhkan lingkungan terdekat yang bisa dipercaya untuk dapat berbagi. Inner circle kerap mengatasnamakan rasa nyaman yang diyakini sangat personal bagi seorang individiu.
Sebenarnya gaya pertemanan inner circle tidak akan membatasi pergaulan, karena terjadi untuk situasi pribadi dan intim. Seharusnya, individu masih memiliki lingkungan lain di luar inner circle yang juga dapat dijadikan sebagai tempat berbagi dan terkesan santai. Lingkungan lain di luar inner circle menjadi sarana bagi individu untuk dapat belajar bersikap serta bersosialisasi secara umum.
Lalu, apa yang mendasari inner circle itu dapat terbentuk? Lebih lanjut diakui Ayoe, inner circle merupakan sekumpulan orang yang punya satu minat, hobi, atau aktivitas yang sama dan berada dalam lingkungan atau strata sosial yang sama. Diyakini, hal ini yang lantas memberi kesan bahwa inner circle terbentuk atas dasar prestise, jika memang diisi oleh kalangan atas, meskipun sebetulnya tidak benar seperti itu.
"Inner circle terbentuk bukan atas dasar gengsi atau manfaat materi dan gaya hidup semata, melainkan lebih kepada kesamaan minat, lingkungan sosial, dan kenyamanan mengekspresikan perasaan," ungkap Ayoe.
Agar gaya pertemanan inner circle terhindar dari pengaruh buruk atau kesan negatif, cara terbaik adalah memberi proporsi seimbang antara diri dan lingkungan sosial. Simpan apa pun yang dianggap menjadi rahasia pribadi yang tidak merugikan orang lain. Namun, hargai diri sendiri sebagai mahluk sosial yang membutuhkan peran lingkungan dan orang sekitar untuk tumbuh berkembang secara normal, dan memaknai arti hidup yang sebenarnya.
Ridho Nugroho
KOMENTAR