Secara psikologis alangkah senangnya mereka jika bisa merasakan perawatan layaknya di rumah sendiri, dengan didampingi perawat profesional. Untuk kebutuhan ini, terdapat jasa Home Care. Layanannya tak hanya di kawasan Tangerang Selatan atau Jakarta saja. Bahkan warga Bandung pun ada yang meminta layanan ini. Selain care giver saja, perawat akan datang dengan satu tim utuh agar pelayanan lebih maksimal.
Mungkin karena dinilai cukup aktif dan konsisten mengurusi kebutuhan warga lansia, Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Tangsel) menunjuk saya sebagai pengurus lansia se-Tangsel. Hal ini menjadi pemantik semangat agar bisa mewujudkan mimpi saya, mendirikan senior resident selekas mungkin.
Karena juga aktif di PMI saya lalu dipilih menjadi wakil ketua PMI Tangsel di tahun 2009. Saya ingin memotivasi dari balik layar. Saat ini kami bahkan bisa punya bank transfusi darah sendiri. Sekarang saya mendorong anak pertama saya, Patrick, untuk menjadi relawan dan merasakan bagaimana terlibat dalam PMI.
Mencari Partner
Di kepala saya masih ada beberapa rencana besar. Bagi saya selama masih bisa bernapas dan bermanfaat bagi orang lain, tak ada yang perlu dirisaukan. Tentu semua itu bisa terwujud atas izin-Nya. Banyak teman-teman menyarankan agar saya mengembangkan STIKes menjadi universitas. Tapi, saya masih dalam proses mencari partner yang cocok untuk bekerja sama.
Ada tiga hal yang menjadi pertimbangan saya. Pertama, soal modal. Kedua, pengetahuan yang memang bisa dikejar dengan asas learning by doing. Ketiga, partner harus memiliki visi yang sama untuk mengembangkan universitas tersebut.
Bahkan, kalau bisa bersama partner, kami bisa menjalin kerja sama secara nasional dan internasional. Misalnya, yang kini terjalin dengan pihak Jepang di mana kami bekerja sama untuk profesi care giver. Saya memang semangat mempelajari perkembangan dunia kesehatan di berbagai negara. Untuk itu, saya tak jemu memotivasi para dokter agar terus berkarya, menambah pengetahuan, dan berprestasi. Jangan cuma puas dengan gelar S2 atau S3.
Dan soal rumah sakit, ke depannya saya ingin membangun RS IMC Bintaro menjadi tujuh lantai sekaligus memisahkan bangunan STIKes agar berdiri sendiri. Setelah itu, barulah saya leluasa mendirikan senior resident untuk para lansia. Rencananya, saya akan membangun 9 lantai untuk lansia yang sehat dan 5 lantai untuk lansia yang paliatif.
Sebagai Direktur Utama, saya selalu memberikan kepercayaan kepada tim dalam mengelola rumah sakit. Tentu, saya juga terus mengawasi dan mengontrol meskipun untuk operasional mereka sudah memiliki porsi sesuai job desk masing-masing. Yang saya pikirkan sekarang adalah agar rumah sakit menjadi besar dan naik menjadi kelas B. Syukur-syukur bisa go internasional. Dunia kesehatan dan rumah sakit itu idealnya mengikuti zaman. Jadi, saya ingin terus maju.
Tak Lupakan Kodrat
Kendati disibukkan dengan berbagai aktivitas terkait bisnis layanan kesehatan, saya tak melupakan tugas sebagai istri dan juga ibu dari tiga orang anak. Prinsip saya, setiap akan pergi ke luar rumah, urusan domestik harus diselesaikan dahulu. Termasuk untuk mendidik anak. Itu sudah kodrat saya sebagai wanita.
Suami saya, Pieters, juga masih menjalankan bisnisnya di bidang kontraktor. Soal quality time bersama kami sekeluarga meluangkan waktu untuk traveling. Tapi, kalau saya sedang berdua dengan bapaknya anak-anak, obrolan kami pasti selalu seru membahas visi dan misi soal bisnis.
Di sisi lain, saya bahagia sekali melihat anak-anak tidak merasa dimanja dengan fasilitas. Mereka juga punya sikap. Saya bebaskan mereka berkegiatan sesuai minatnya asalkan tetap ingat Tuhan dan keluarga. Dengan budi pekerti yang mereka pelajari, semoga mereka kelak bermanfaat untuk masyarakat.
Pernah saya berpapasan dengan mobil anak kedua saya di jalan raya. Setelah menepikan mobilnya, ia buru-buru keluar untuk menyeberangkan seorang nenek. Kemudian ia membantu memberhentikan taksi dan menitipkan sejumlah uang pada si supir.
Duh, hati ibu mana yang tidak tersentuh melihatnya? Ketika malamnya kami bertemu, ia bilang dirinya merasa terpanggil untuk menolong nenek itu.
Dan dari semua pengalaman yang saya alami, bisa dibilang lika-liku bisnis di bidang kesehatan ini terasa begitu indah. Dengan membantu orang dari berbagai usia dan latar belakang, saya merasa semakin produktif dan panjang umur. Saya berharap bisnis ini tetap bisa membantu orang banyak. Mulai dari mereka masih di dalam kandungan, lahir, dan berpulang pada-Nya. Sungguh kesempatan luar biasa yang Tuhan berikan dalam hidup saya. (TAMAT)
Swita A. Hapsari
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
KOMENTAR