TabloidNova.com - Penyakit kronis adalah kondisi yang tidak selalu bergejala, perlahan, dan berlangsung dalam waktu lama, demikian menurut Dr. M. Ikhsan Mokoagow, SpPD, M.Med.Sci., spesialis penyakit dalam dari RSCM. Penyakit kronis, menurutnya, memiliki perjalanan klinis yang lama. Oleh karena itu,
"Penyakit-penyakit kronis butuh pengobatan jangka panjang," ujar Ikhsan.
Karena durasi pengobatan yang panjang, orang biasanya akan merasa bosan menjalani pengobatan. Ini yang seringkali menimbulkan masalah di kemudian hari. Misalnya penderita diabetes yang mengalami komplikasi karena tak patuh pada pengobatan jangka panjangnya.
Hasil Riskesdas 2013 menunjukkan, prevalensi hipertensi pada masyarakat umur 18 tahun ke atas di Indonesia yang pernah didiagnosis tenaga kesehatan adalah 9,4 persen, sementara yang pernah didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat hipertensi sendiri sebesar 9,5 persen.
"Ini artinya, 0,1 penduduk minum obat hipertensi sendiri meskipun tidak pernah didiagnosis hipertensi oleh tenaga kesehatan," kata Ikhsan.
Data menunjukkan, proporsi penduduk Indonesia yang melakukan pengobatan sendiri dengan membeli obat ke toko obat atau warung tanpa resep dokter adalah 26,4 persen dalam satu bulan.
Nah, kalau mereka berani beli obat sendiri, pasti mereka juga berani menghentikan pengobatan. Padahal, harusnya pengobatan untuk penyakit kronis diawasi oleh dokter.
"Sebanyak 63,2 persen kasus hipertensi di masyarakat tidak terdiagnosis dan baru diketahui setelah terjadi komplikasi," tukas Ikhsan.
Hasto Prianggoro
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
KOMENTAR