Menurut Evans Garey, S.Psi., M.Si., psikolog dari Ukrida, istilah puber kedua sebenarnya kurang tepat. "Istilah yang lebih tepat adalah krisis usia paruh baya. Sebenarnya banyak peneliti mencoba memahami fenomena ini, yaitu perubahan yang terjadi pada laki-laki saat memasuki usia tertentu," tutur Evans.
Sejak tahun 1980-an, masalah krisis paruh baya mendapat banyak perhatian. Salah satunya dari Dan Jones, PhD, Director of the Counseling and Psychological Services Center di Appalachian State University. Risetnya mengungkapkan, krisis paruh baya tak hanya dialami laki-laki semata, melainkan juga perempuan di usia 37 sampai 50 tahun.
Perbedaan gender dalam konteks ini menyebabkan perempuan tidak terlalu berlebihan mengalami krisis paruh baya. "Padahal, mungkin ada juga perempuan yang mengalami gejolak tadi, mulai dari perubahan secara fisik, kondisi keluarga yang berubah, atau merasa gelisah dengan kehidupan. Tapi memang karakter krisis paruh baya ini berbeda antara pria dan wanita."
Krisis paruh baya adalah gejolak emosional yang terjadi pada satu tahapan usia tertentu dari 30 - 70 tahun, dengan puncaknya di usia 40 - 60 tahun. Evans menjelaskan, perubahan ini umumnya dilihat sebagai gejolak, sehingga sering muncul persepsi bahwa laki-laki usia 40 tahun berubah menjadi genit terhadap perempuan.
"Faktanya, cerita bahwa di usia ini pria banyak yang ingin menikah lagi itu tak ada hubungannya dengan usia. Banyak sekali faktor yang memengaruhi kenapa laki-laki sampai menikah lagi. Saat krisis paruh baya, yang akan terjadi adalah perubahan-perubahan dalam fase hidupnya."
Tiga Perubahan
Krisis paruh baya biasanya disebabkan oleh tiga perubahan. "Perubahan pertama karena waktu luang jadi lebih banyak, apalagi anak sudah dewasa. Kehidupan sudah mulai mapan hingga bisa mencari kesibukan lain."
Kedua, terjadi juga perubahan fisik. Jika pada laki-laki mulai dari menurunnya kesehatan dan bentuk tubuh, pada wanita justru biasanya berhubungan dengan hormon. "Salah satunya mengalami menopause."
Perubahan yang ketiga adanya perubahan sosial yang mencakup perubahan struktur keluarga. Contohnya, orangtua meninggal atau anak mulai meninggalkan rumah orangtua. "Berbagai perubahan dalam dimensi kehidupan tersebut tentu saja terjadi baik pada laki-laki atau perempuan."
Noverita K. Waldan
KOMENTAR