Sebenarnya, Epih, cerita Kasat Reskrim Polres Garut, AKP. Oon Suhendar, SH, "Sudah berencana mengeksekusi Siwi pada tanggal 20 Juni lalu. Tapi saat itu Siwi datang bersama sopir dan temannya sehingga rencana dibatalkan." Padahal, Epih sudah menyiapkan dua algojo, Ade Maman (47) dan Ayut Saepudin (40). Bahkan dua orang itu sudah menyiapkan liang lahat di Legok Gede, Telaga Bodas, Garut.
Epih berhasil mengelabui Siwi untuk pergi ke Garut dengan alasan mau memperlihatkan tanah yang akan dijualnya. Hasil penjualan tanah itu, rencananya akan dipakai Epih untuk membayar utangnya ke Siwi sebesar Rp 70 juta. "Tapi itu akal-akalan Epih saja." Sementara Ade dan Ayut dikenalkan Epih ke Sisi sebagai perantara orang yang akan membeli tanah tersebut.
Baru malam hari mereka menuju Telaga Bodas. Saat itulah Siwi dihabisi dengan cara dijeret lehernya. "Setelah meninggal, jasadnya langsung dikuburkan di lubang yang sudah disiapkan."
Kecurigaan justru berawal dari atasan Siwi yang curiga anak buahnya tak masuk kerja tanpa alasan. "Setelah dicek di rumahnya, ternyata sopirnya juga bingung lantaran sudah beberapa hari Siwi tak pulang," kata Suhendar. Berkat foto Epih yang terpajang di rumah Siwi, kematian Siwi pelan-pelan terungkap.
Sementara kakak Siwi, Adi Suparno (48), merasa geram karena tak bisa "membalas dendam" pada Epih saat di kantor polisi. Warga Desa Sogan, Yogyakarta ini berujar, "Rasanya ingin menampar tapi tidak bisa karena dia sudah jadi urusan polisi. Lagipula, adik saya sudah meninggal. Mau diapakan, ya, tetap meninggal. Makanya saya berharap dia dihukum seberat perbuatannya. Dia juga harus mengembalikan uang yang dipinjamnya dari Siwi."
Sita, Rini
KOMENTAR