Misalnya, pernah kehilangan salah satu anak.
Biasanya perlindungan yang terlalu berlebihan ini diterima oleh anak semata wayang (tunggal), anak laki-laki atau perempuan satu-satunya, namun tidak menutup kemungkinan dapat juga diterima oleh anak lainnya.
(Baca juga : Stop, Jangan Percaya Lagi dengan 5 Mitos Seputar Vaksin Ini)
Contoh dari pola asuh appeasers/overprotective, mulai dari adanya pembatasan-pembatasan aktivitas si Kecil oleh Mam dan Dad.
Misalnya, melarang si Kecil bermain keluar rumah bersama dengan teman-temannya bila tidak didampingi oleh ibu atau pengasuh, karena takut si Kecil melakukan hal-hal yang tidak benar.
Si Kecil tidak boleh pergi keluar rumah kalau tidak diantar dan ditunggu sopir, karena takut mengalami kecelakaan atau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
(Baca juga : Bahaya! Ini Penyebab Tumbuh Uban di Usia Muda, Bukan Karena Stres loh!)
Selain itu, Mam memberikan pakaian dan perlindungan yang berlebihan bila si Kecil melakukan aktivitas di luar rumah karena takut tempat yang dikunjunginya kotor atau mengandung kuman.
Kemudian, tidak boleh mengikuti kegiatan organisasi atau ekskul di sekolah karena takut nanti si Kecil akan kelelahan dan sakit.
Ciri-ciri Pola Asuh Appeasers/Overprotective
Orangtua yang menerapkan pola asuh appeasers/overprotective memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
(Baca juga : Waspada, Satu Bulan Sebelum Serangan Jantung, Tubuh Bakal Keluarkan 6 Sinyal Ini)
Penulis | : | Dionysia Mayang |
Editor | : | nova.id |
KOMENTAR