Jelaslah, kata Najib, pada stadium paroksismal ini gejalanya berat sekali. "Jadi, bisa dibayangkan kalau batuk rejan ini terjadi pada bayi. Kita kasihan karena ia akan menderita sekali. Padahal, batuk yang sedang kuat-kuatnya ini bisa berlangsung sampai 4 minggu."
Bahkan, pada stadium ini bisa timbul komplikasi, seperti timbul perdarahan di hidung/mimisan, batuk berdarah yang ditimbulkan oleh batuk yang kuat sehingga menyebabkan luka pada saluran nafas. Bisa juga timbul perdarahan di dalam kedua matanya, terutama pada bagian putih mata. "Bahkan perdarahan di otak pun mungkin saja terjadi. Dan konsekuensi dari perdarahan di otak bisa menimbulkan kejang-kejang atau bahkan menyebabkan anak lumpuh," terang Najib.
Komplikasi lainnya, bisa juga menyebabkan kolaps paru, paru-parunya jadi kempes akibat batuk terlalu kuat. Bisa terjadi pula radang paru-paru atau pnemonia.
Pada bayi umumnya terjadi gangguan sesak nafas karena banyaknya lendir. Selain itu, bila lendir masuk ke telinga bisa menimbulkan congekan.
Sedangkan pada stadium konvalesen/perbaikan, batuk mulai berkurang dan kondisi anak mulai pulih. Umumnya setiap penderita akan melewati ketiga stadium tadi. Yang jelas, batuk rejan lebih sering diderita oleh anak perempuan. Hal ini diduga karena daya tahan tubuh anak perempuan lebih rentan ketimbang anak laki-laki.
PENANGANAN
Lantas, bagaimana penanganan terhadap penderita batuk rejan ini? Sebaiknya segera bawa anak ke dokter agar tidak terjadi komplikasi macam-macam. "Sebaiknya pengobatan batuk rejan dilakukan pada stadium awal. Agar bisa terhindar dari berbagai komplikasi yang mungkin ditimbulkannya. Lagipula, untuk mempersingkat waktu sakitnya," anjur Najib.
Biasanya pada awal pengobatan diberikan antibiotik untuk mematikan kuman. Selain itu, kata Najib, juga diberikan obat untuk menekan/mengurangi dan menghentikan batuk supaya anak tak terganggu. Dianjurkan pula untuk istirahat yang cukup, minum yang banyak dan makan yang baik. "Ada juga makanan yang harus dihindari, seperti makanan yang membuat gatal tenggorokan dan merangsang batuk. Misalnya es, makanan atau minuman yang dingin-dingin, goreng-gorengan, permen, dan coklat."
Pada bayi, dianjurkan dengan pembersihan jalan nafas atas. Jadi adakalanya diperlukan fisioterapi dengan penguapan di hidung atau disedot dengan sebuah alat penyedot untuk mengeluarkan lendir, melalui hidung dan mulut.
Batuk rejan ini bisa berulang, karena daya tahan tubuh si anak memang belum sebaik orang dewasa. Tetapi tentu tidak akan separah dan sehebat sakit batuk yang pertama. "Kemungkinan kambuh ini lebih banyak terjadi pada anak yang tidak menerima imunisasi, gizi kurang, lingkungan kurang hiegienis, dan terjadi kontak dengan orang yang sakit batuk rejan," jelas Najib.
IMUNISASI SEBAGAI PENCEGAHAN
Langkah pencegahan terbaik dengan memberi anak imunisasi DPT (Diphtheria Pertusis Tetanus). Imunisasi ini diberikan saat anak berusia 3, 4, dan 5 bulan. Kemudian diulang lagi saat anak berumur 1,5-2 tahun, dan kemudian saat berumur 6 tahun.
KOMENTAR