Anda sering muncul di infotainment? Anda menontonnya?
He he he. Iya. Saya menonton bukan karena ingin melihat wajah saya. Tapi menyimak bagiamana kalimat saya yang ditayangkan. Kadangkala kalimat yang ditayangkan itu menurut saya bukan yang seharusnya ditayangkan. Saya juga perlu memantau pihak lawan bicara apa. Jadi menonton infotainment untuk strategi hukum.
Mengaca pada kasus Cici, kenapa perempuan seringkali jadi korban kekerasan?
Kekerasan terjadi bisa karena ada hubungan dengan masa lalu, pendidikan, dan budaya si suami atau pelaku. Mungkin suami tengah dalam tekanan atau dalam situasi yang tidak bisa mengontrol emosinya. Nah, kalau yang terakhir ini terjadi, istri harus mengingatkan suaminya agar tidak memukul atau memaki. Istri jangan menantang suami saat emosi tidak terkontrol. Menjauh dari suami atau keluar ruangan, itu lebih baik. Kalau kekerasan sudah terlalu, istri harus lapor segera ke RT, RW atau polisi.
Penegakan hukum kita masih amburadul. Bahkan, akhir-akhir ini populer sekali istilah makelar kasus (markus). Pendapat Anda?
Sebenarnya ini sudah lama. Tapi sekarang lebih open. Ini era demokrasi, orang bebas bicara, sayang sering kebablasan. Banyak kepentingan pribadi yang dimasukkan dalam penegakan satu kasus. Mudah-mudahan jadi tonggak baru. Orang yang berniat jadi "markus" atau merekayasa kasus akan berpikir.
Pernah ditawari oleh para "markus"?
Dulu, iya pernah. Kalau sekarang tidak. Mungkin banyak yang tahu saya ini orangnya tegas. Harus diketahui bahwa tidak semua pengacara itu "hitam". Makanya kalau saya terima kasus tidak sepenuhnya percaya dengan apa dibilang klien. Tapi itu hanya berlaku case by case, ya. Seperti pada kasus Cici. Saya melakukan napak tilas ke tempat-tempat di mana Cici mendapat kekerasan. Saya investigasi sendiri untuk memperjelas apa yang ingin saya tahu.
Sering dapat teror?
KOMENTAR