Tentunya, untuk tercipta saling pengertian di antara pasangan, penggunaan kode/simbol/bahasa tubuh harus berdasarkan kesepakatan atau dialog bersama terlebih dulu di antara pasangan tersebut. Soalnya, baik suami maupun istri harus dapat mengerti makna dari kode-kode tersebut sebagai ajakan untuk berintim-intim.
Dari pengalaman suami-istri tersebut juga bisa diperoleh, seumpama saat menonton film. "Sekarang, kan, jaman makin modern. Ada macam-macam film yang mendidik secara tak langsung untuk kode-kode ini."
PERLU KEPEKAAN
Namun untuk memahami arti dari kode-kode yang disampaikan pasangan, tidaklah semudah yang dibayangkan. Perlu banyak latihan agar suami-istri dapat berkomunikasi seperti yang diharapkan. "Makna yang terkandung dalam kode-kode tersebut biasanya bisa tercipta kalau mereka telah lama hidup bersama."
Selain, memiliki kepekaan tentunya. Kalau tidak, masalah akan muncul. Apalagi bila hal ini sering terjadi, tentu akan muncul kekecewaan dalam diri pasangan. "Nah, kekecewaan yang menumpuk-numpuk itu membuat suami atau istri tak mau lagi memakai kode karena pasangannya tak mengerti atau menanggapi. Lama-lama kalau tak ditanggapi tentu akan menyerah juga, kan?" Hati-hati, lo, banyak kasus perceraian yang diawali kekecewaan dalam hubungan dengan pasangan.
Jadi, kepekaan satu sama lain terhadap bahasa yang disukai pasangannya, amat diperlukan. "Sama halnya bila suami yang mencintai istrinya tapi tak pernah diungkapkan, lama-lama akan menimbulkan kekecewaan pada pihak istri, kan?" Pun suami yang tak pernah mengucapkan selamat pagi saat bangun tidur atau membawakan bunga pada waktu ulang tahun istrinya, maka sang istri seakan tak pernah merasakan cinta dari suaminya. Begitu pula istri, kalau dikatakan sayang pada suami tapi tak pernah diungkapkan, maka hanya akan membuat hubungan terasa hambar.
Intinya, tandas Fidelis, kode-kode tetap diperlukan agar terjadi komunikasi antara suami dan istri. Lain hal bila dalam relasi itu ada keterbukaan antara suami-istri, di mana suami tak pernah memberikan kritik yang melukai perasaan istri, begitu juga istri tak pernah memberikan kritik yang melukai suami, maka bahasa berterus-terang lebih suka dipakai. Dengan kata lain, mungkin kode-kode tersebut tak dipakai lagi.
Rodin / bersambung
KOMENTAR