Untuk mempermudah bila di tempat kejadian terjadi kendala, tanyakan pada dokter, apakah ia bisa ditelepon sewaktu-waktu. Namun harus diketahui juga, tak semua dokter ketika dihubungi ada di tempat. Jikapun ada handphone, tak semua handphone bisa lancar dihubungi. lo.
PERTIMBANGAN EKONOMIS
Sebaliknya, bila kita memutuskan membeli obat sebelum pergi, ada pertimbangan ekonomisnya. "Mungkin obat tak akan terpakai. Memang bisa, sih, disimpan, tapi apakah dosisnya masih benar karena mungkin dalam jangka waktu itu berat badan si bayi sudah tak sesuai lagi. Usianya juga sudah berbeda. Jadi, sudah enggak tailor made lagi hingga harus dipikirkan juga bahwa obat ini ada risiko tak terpakai yang akhirnya harus dibuang juga," papar Ghazali.
Jadi, secara ekonomi ada kemungkinan kita cuma buang-buang uang jika membeli obat sebelum pergi. Namun bila tak dibeli, kita perlu pikirkan berapa risiko yang akan ditanggung. Bila si kecil tiba-tiba sakit, lalu malam-malam kita harus keluar, belum tentu ada apotik yang buka, kan? Jikapun buka, apotiknya belum tentu bagus dan belum tentu juga ada obat yang dibutuhkan si kecil. Atau, bila harus cari dokter untuk minta resep, belum tentu obatnya cocok. Kenyamanan akan terganggu, bukan? Kita juga rugi karena sudah mengeluarkan uang untuk pergi, tapi tujuannya enggak tercapai. Jadi, hitung saja cost-nya, mana yang lebih kecil. Jika semuanya meragukan, "beli saja sebelum berangkat," saran Ghazali.
Bagaimanapun, semuanya terpulang kepada kita sendiri sebagai orang tua si bayi karena kitalah yang seharusnya lebih tahu akan kondisi si kecil. Bukan begitu, Bu-Pak? Hingga kita tak perlu memaksa diri membawa si kecil bepergian bila memang tak betul-betul penting. Atau, bila kita tetap mengajaknya, kita pun jangan sampai keliru memilih hanya gara-gara pertimbangan ekonomis semata hingga tak membeli obat cadangan sebelum pergi.
KENDARAAN YANG AMAN
Menurut Ghazali, sulit untuk menentukan jenis kendaraan yang paling aman buat si kecil. Misal, kita memutuskan naik kereta api. "Bila jaraknya pendek, maka waktu tempuhnya akan sebentar. Namun bila jaraknya jauh, tentu waktu tempuhnya juga lama. Ini berarti bayi punya risiko terterpa penyakit juga."
Begitu pun bila naik kapal laut, misal. Kalau sampai kehabisan karcis hingga si kecil harus ramai-ramai di kapal laut, "kan, berisiko terterpa penyakit juga." Lain hal bila kebagian karcis, kita bisa punya kamar sendiri. Hingga, kendati perjalanan makan waktu 3 hari, misal, namun aman buat si kecil karena suasananya seperti di rumah. Jadi, Bu-Pak, semakin si kecil terisolir di perjalanan akan semakin baik.
Akan halnya pesawat terbang, "sama saja dampaknya jika bayi tak terisolir." Penting pula diperhatikan gendang telinga si kecil agar tak sakit saat pesawat landing ataupun take off. "Buatlah agar saluraan dari rongga telinga tetap terbuka." Caranya gampang, kok, Bu-Pak. Biarkan si kecil mengedot atau mengenyot sesuatu.
BILA KE LUAR NEGERI
* Pilih kemasan obat yang praktis; bisa berbentuk puyer atau sirop, yang penting cocok untuk si kecil dan mudah membawanya. Bila memilih sirop, jangan pilih kemasan dari botol kaca karena mudah pecah.
* Perhatikan negara mana yang jadi tujuan. Soalnya, terang Ghazali, tak semua negara membolehkan masuknya obat-obatan. "Biasanya kita akan terjegal di imigrasi." Ada, lo, negara yang memuat peraturan, obat tak boleh dibawa masuk tapi harus ditinggal di imigrasi, misal.
Ini juga berlaku dalam hal susu. Misal, si kecil cocok dengan suatu merek susu yang ada di Indonesia, lalu kita membawa sejumlah susu yang disesuaikan dengan lamanya di sana. Namun ada negara yang tak mau dimasuki produk luar agar tak terkontaminasi, hingga mereka minta agar susu tersebut diganti dengan merek yang ada di negaranya. Kalau sudah begini, kan, repot. Bukankah bayi tak mudah berganti-ganti susu?
Faras Handayani
KOMENTAR