Atau jawabannya malah, "Ah, kalau dia telepon lagi, biarin saja, enggak usah diladeni. Dia memang sedang mengejar-ngejar saya."
Nah, dari respon pasangan inilah kita bisa melihat perkaranya.
Apakah memang berkaitan dengan pekerjaan atau bukan.
Namun Bang Noel mengingatkan, suasana keakraban yang sudah terbentuk itu jangan lantas dirusak dengan balik menuduh si suami.
Misalnya, "Awas, lo, kamu nanti tergoda beneran!"
Hal ini justru akan memojokkannya.
"Sebaiknya suasana ini dijadikan ajang untuk membuka kemungkinan mendiskusikannya lebih lanjut, membahas masalah itu secara terbuka."
Misalnya, "Ada apa, sih, sebetulnya? Kayak apa, sih, mengejarnya?"
Selanjutnya bisa terus dikejar, misalnya, "Kamu sudah ke mana saja sama dia?"
Mungkin ia malah akan mengaku, "Ya, pernah, sih, sekali."
Tapi kalau belum apa-apa kita langsung mencecar alias menuduh, pasangan tak bakal menjawab.
"Ia akan langsung defensif, karena merasa diserang," ujar Bang Noel.
Jika pasangan mengaku, "Jangan panas dulu. Pikirkan baik-baik karena bisa-bisa sumbernya adalah hubungan suami-istri yang kurang baik."
Lebih baik, lanjut psikolog ini, lanjutkan diskusi untuk menguak hal-hal yang belum terbuka, "Kenapa sih, kok, kamu sampai pergi dengan dia dan bukan dengan aku?"
Dari jawabannya akan ketahuan masalah sebenarnya.
Misalnya, "Habis kamu selalu menolak kalau diajak."
Tahap berikut, bahaslah mengenai jalan keluar terbaik.
"Ini amat penting untuk kelanggengan perkawinan. Bukan soal kalah dan menang. Bukan mesti harus menuruti kemauannya atau tidak. Fokuskan pada persoalannya."
Ingat, jangan pula berbicara dengan nada penuh emosi.
"Jangan-jangan, suami yang tadinya tak selingkuh, malah sengaja melakukannya karena kecewa terhadap sikap curiga istri," jelas Bang Noel.
Dengan kata lain, perselingkuhan itu dilakukannya sebagai reaksi dari serangan sang istri.
Jika suami-istri tak bisa berkomunikasi berdua, saran Bang Noel, mintalah bantuan pihak ketiga semisal konselor perkawinan, psikolog, ahli agama, atau orang yang dituakan. (*)
Source | : | nakita.id |
Penulis | : | Nakita Editorial |
Editor | : | nova.id |
KOMENTAR