Cepat-lambat si kecil berjalan bukan indikator inteligensinya. Jadi, bila ia sedikit terlambat tak perlu khawatir, ya, Bu-Pak.
Menurut Dr. Ifran Saleh FICS, DSBO, patokan rata-rata usia anak mulai berjalan, yaitu 12-18 bulan. Kendati ada pula yang sudah mulai berjalan di usia 10 bulan atau malah di atas 18 bulan dengan batas toleransi sampai 20 bulan. Jadi, Bu-Pak, tak usah cemas, ya, kendati di ulang tahun pertama si kecil belum juga bisa berjalan. Lain hal bila sampai usia 2 tahun masih belum ada tanda-tanda bisa berjalan sendiri, "anak perlu diperiksakan ke dokter untuk melihat di mana kelainannya," kata ahli bedah tulang dari RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta, ini. Penyebabnya macam-macam; bisa karena kelainan saraf pusat, susunan tulang belakang atau sumsum tulang belakang, maupun kelemahan otot dan tulang.
PRAJALAN
Perkembangan berjalan, terang Ifran, hanya berkaitan dengan sistem motorik, bukan inteligensinya. Sementara soal cepat-lambat berjalan, semata karena perkembangan motorik setiap anak berbeda-beda. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perbedaan ini. Salah satunya, gizi. "Bila gizinya baik, tentu perkembangan sistem motoriknya seperti otot dan tulang, akan lebih cepat bisa digunakan untuk berjalan."
Penyakit atau kelainan yang dialami si kecil juga memegang peranan semisal kelainan sistem otot atau lantaran tulangnya lemah. "Obesitas atau kegemukan juga bisa membuat anak lambat berjalan. Anak yang terlalu gemuk biasanya beban badannya terlalu berat hingga ia susah untuk berdiri sendiri."
Perlu diketahui pula, sebelum bisa berjalan, si kecil harus melalui beberapa tahap prajalan seperti menegakkan kepala, duduk, merangkak, berdiri dengan dibantu, dan merambat. Normalnya, ia bisa menegakkan kepala di usia 6 minggu, duduk di usia 6 bulan, dan merangkak sekitar usia 8 bulan. Setelah itu barulah ia bisa berdiri walau masih dibantu, lalu berdiri independen, berjalan, dan akhirnya berlari.
Kendati demikian, tak berarti semua tahapan itu harus dilalui. Merangkak, misal, "tak semua bayi mengalaminya." Tapi kalau duduk, semua bayi harus melaluinya. Nah, ada bayi yang dari duduk langsung berdiri, lalu berjalan merambat; ada pula yang setelah duduk lalu merangkak dalam jangka waktu relatif lama, baru kemudian berjalan.
BABY WALKER
Tentunya, ketika pertama kali belajar berjalan, si kecil harus dibantu. Selain karena ia memang tak mungkin bisa langsung belajar berjalan sendiri, "faktor keseimbangannya juga belum baik dan kekuatan otot-ototnya belum sempurna."
Bantuan bisa dilakukan dengan ditetah atau menggunakan alat bantu seperti baby walker. Baby walker itu, kan, sebenarnya merupakan alat bantu untuk berdiri. Jadi, kegunaannya sama seperti bila bayi berdiri dengan dibantu orang lain." Dengan demikian, lanjutnya, baby walker membantu bayi percaya diri bahwa ia sudah bisa berdiri independen hingga nanti bisa berjalan sendiri.
Menurutnya, baby walker kerap digunakan oleh keluarga kecil, terutama di kota-kota besar yang relatif sibuk karena bekerja. "Mereka mungkin tak punya pengasuh hingga ketika bayinya belajar berjalan membutuhkan baby walker agar lebih praktis."
Bahwa ada penelitian yang menyatakan baby walker bisa membahayakan bayi, Ifran menegaskan, baby walker bersifat universal. "Bila dianggap terlalu membahayakan, pastilah baby walker sudah tak direkomendasikan lagi". Dari segi kesehatan pun, tambahnya, baby walker tak ada efek buruknya.
KOMENTAR