TabloidNova.com - Wacana yang disampaikan Wakil Presiden Jusuf Kalla terkait pengurangan jam kerja bagi perempuan rupanya tidak menjadi kabar gembira bagi kaum Hawa. Kaum perempuan menolak wacana pengurangan jam kerja untuk mereka, sejak wacana itu dilontarkan beberapa pekan lalu.
Dengan menggunakan keyword "pengurangan jam kerja" dan "pengurangan dua jam bekerja", selama periode 28 November hingga 7 Desember, tertangkap ada sebanyak 2.430 percakapan di media sosial, dan sembilan percakapan di antaranya muncul di Facebook. Ada 386 penyebutan dua keyword tadi dalam 171 artikel yang dimuat di media online.
Kendati tidak mendominasi, sentimen negatif terhadap wacana ini ternyata cukup tinggi. Berdasarkan total mention pada multiplatform (media online, Twitter, Facebook), sentimen negatif terkait isu pengurangan jam kerja untuk perempuan ini muncul hingga 38 persen
Sentimen negatif berupa penolakan wacana pengurangan jam kerja pun mayoritas muncul di Twitter, dan sembilan percakapan terdapat di Facebook. Kendati demikian, banyak pula pemilik akun Facebook berjenis kelamin perempuan yang justru mendukung wacana ini.
Walaupun berupaya memberitakan secara imbang, media massa ikut mengakomodir mention negatif dari sejumlah narasumber dan tokoh publik, dengan sebanyak 33 persen mention dari total sebanyak 171 pemberitaan selama 10 hari pemantauan terkait wacana pengurangan jam kerja ini.
Di Twitter, terdapat lima status teratas yang paling banyak dipilih para netizen untuk di-ReTweet atau disebarkan kembali, yang berisi status penolakan terhadap wacana pengurangan jam kerja untuk perempuan ini.
Para aktivis perempuan mengatakan, wacana yang disampaikan Jusuf Kalla ini terdengar diskriminatif untuk kaum perempuan. Lebih jauh, kaum perempuan merasa cemas bahwa di balik wacana ini ada upaya dari pemerintah untuk melemahkan posisi perempuan.
Wacana itu dianggap merupakan kemunduran sikap pemerintah yang menyebut diri demokratis dan menjunjung tinggi emansipasi atau kesetaraan gender. Kekuatiran ini disuarakan oleh Yayasan Jurnal Perempuan, Komnas Perempuan, dan tokoh media Uni Lubis, hingga Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise.
Aktivis perempuan dan pendiri Yayasan Jurnal Perempuan, Gadis Arivia, dalam akun Twitter-nya pada 5 Desember pukul 07.05: @GadisArivia1: "Pengurangan Jam Kerja Perempuan Dinilai Konyol Dan Diskriminatif http://t.co/9HxFxz1RDd".
Ada pula tweet dari Yetty S yang me-ReTweet status dari Komnas Perempuan, yang diunggah per tanggal 7 Desember pukul 13.36, dan di-ReTweet sebanyak 2 kali:
@yetty_rsy: "Ini penting diketahui RT@KomnasPerempuan: 4 alasan Komnas Perempuan tolak pengurangan jam kerja Perempuan http://t.co/ULteBiEzJU"
Uni Lubis menulis status pada akun Twitter-nya pada 4 Desember pukul 13.36, dan diReTweet sebanyak dua kali:
KOMENTAR