Memiliki bayi berarti mempunyai kegiatan berkunjung ke dokter. Minimal, sekali dalam sebulan. Entah untuk konsultasi atau untuk rutin memberikan imunisasi. Tapi, mengapa bayi perlu diimunisasi?
Berbagai upaya akan dilakukan agar anak tumbuh sehat. Salah satunya dengan pemberian imunisasi atau vaksinasi sesuai jadwal. Pada kenyataannya memang banyak penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi. Karena itu pemerintah juga mewajibkan para ibu untuk melakukan imunisasi bagi bayinya dengan tujuan untuk menghilangkan penyakit tertentu.
Imunisasi dibedakan dalam dua jenis, imunisasi aktif dan imunisasi pasif. "Pada imunisasi aktif, tubuh ikut berperan dalam membentuk kekebalan (imunitas)," jelas dr. Waldi Nurhamzah dari Bagian Ilmu Kesehatan Anak, RSUPN Cipto Mangunkusumo. Tubuh seseorang dirangsang untuk membangun pertahanan imunologis terhadap kontak alamiah dengan berbagai penyakit.
Sedangkan dalam imunisasi pasif, tubuh tidak dengan sendirinya membentuk kekebalan, tetapi diberikan dalam bentuk antibodi dari luar. Seseorang yang mempunyai risiko terjangkit penyakit tertentu, diberi antibodi yang spesifik.
"Umumnya bayi dan anak diberi imunisasi aktif karena imunisasi jenis ini memberi kekebalan yang lebih lama," lanjut dr. Waldi. Sedangkan imunisasi pasif hanya diberikan dalam keadaan sangat mendesak, yakni jika tubuh anak diduga belum mempunyai kekebalan ketika terinfeksi oleh kuman penyakit ganas, seperti tetanus.
Tapi tak jarang pula imunisasi aktif dan pasif diberikan dalam waktu bersamaan. Misalnya, seorang anak yang terserang penyakit tertentu akan memperoleh imunisasi pasif untuk segera menetralisir racun kuman yang beredar. "Imunisasi aktif diberikan juga untuk mendapatkan kekebalan setelah sembuh dari penyakit tersebut," ujar dr. Waldi.
KEBAL SEUMUR HIDUP
Kedua jenis imunisasi tersebut juga berbeda dalam segi bahan bakunya. Dalam imunisasi aktif, tubuh diberi sebagian atau seluruh komponen kuman atau suatu bentuk rekayasa kuman sehingga terjadi rangsangan kekebalan tubuh (imunologik) yang menyerupai respon terhadap infeksi alamiah oleh kuman itu. Sedangkan respon dalam tubuh itu sendiri bisa berupa terbentuknya antitoksin (zat anti terhadap racun yang dibuat oleh mikroorganisme) atau bentuk lain yang efeknya menetralisir kuman. Sementara dalam imunisasi pasif, tubuh diberi antibodi spesifik (sudah siap pakai) yang dapat habis dalam tubuhnya.
Beberapa imunisasi dapat membentuk kekebalan tubuh seumur hidup, seperti campak. Namun ada pula bentuk imunisasi yang memberikan kekebalan tubuh dalam jangka waktu tertentu. Misalnya saja, DPT (difteri, pertusis, tetanus) dan polio.
Efektivitas suatu imunisasi aktif dapat diukur dengan memeriksa adanya proteksi terhadap suatu penyakit yang dituju. Pemeriksaan imunoglobin sering dipakai untuk pembuktian terjadinya proteksi terhadap penyakit tertentu. Tetapi bukan merupakan jaminan mutlak, karena pada keadaan tertentu kadar imunoglobin tidak dapat digunakan sebagai patokan terjadinya proteksi
Pada dasarnya ada vaksin yang dibuat dari kuman yang dilemahkan atau dimatikan. Kuman yang dimatikan ini tidak dapat berkembang biak (replikasi) dalam tubuh manusia, sehingga untuk merangsang pembentukan antibodi diperlukan dalam jumlah banyak. Selain itu, secara berkala dibutuhkan juga pemberian vaksin ulangan untuk memperkuat antibodi.
IMUNISASI WAJIB
KOMENTAR