Bahkan yang ikut main dalam drama tersebut bukan hanya anggota komunitas yang remaja saja tapi segala usia termasuk para anggota perwira TNI. "Jadi sebenarnya lucu juga, sih, meski mereka tentara sungguhan tapi mau diajak main perang-perangan," tambah Arif sambil tertawa.
Museum Belanda
Kesungguhan Adi untuk menggali sejarah memang tidak main-main. Demi mendapatkan sebuah fakta yang sebenarnya, ia tidak sekadar mendengar dari cerita pelaku sejarah saja tapi menggali langsung dari sumbernya di perpustakaan yang ada di Amsterdam, Belanda.
Di perpustakaan tersebut ia tak hanya menguliti soal sejarah pergolakan saja, tapi juga peta posisi benteng pertahanan Belanda di kawasan Surabaya. Sehingga blue print atau struktur kekuatan bangunan benteng itu sendiri tercatat dengan baik. "Semula kami sempat tidak diizinkan pihak perpustakaan, tapi, setelah kami yakinkan bahwa tujuan kami adalah untuk menggali dan melestarikan sejarah perjuangan akhirnya kami diberi akses yang cukup," papar Adi yang ketika di Belanda sempat pula mampir ke museum KNIL di Broenbeek.
Dari dokumen yang dimiliki ternyata di sebelah Tugu Pahlawan tersebut, dulu ada stasiun radio Dome, yaitu radio milik Jepang. Dari radio itu pula pasukan Jepang yang ada di Surabaya pada 17 Agustus 1945 tahu jika Soekarno-Hatta membacakan teks proklamasi.
Setelah membuka naskah di museum tersebut, ia mengetahui ternyata pada masa revolusi, Belanda berusaha sekuat tenaga mempertahankan kota Surabaya dari Indonesia. Oleh karena itu di wilayah Surabaya didirikan belasan benteng pertahanan yang kokoh lengkap dengan meriamnya. "Tapi, saat ini sisa benteng itu sudah lenyap semua dipakai untuk pemukiman warga. Yang tersisa hanya empat, satu di antaranya di Kenjeran, Surabaya," papar Adi yang saat ini komunitasnya diberikan ruangan khusus untuk kantor oleh pengelola Tugu Pahlawan,
Yang juga menyentuh kenangan di masa-masa sejarah perjuangan, selain melakukan reka ulang sejarah, komunitas RBS terkadang juga melakukan kegiatan blusukan ke kawasan-kawasan yang memiliki nilai sejarah karena dulu dijadikan lokasi pertempuran oleh para pejuang.
Bersambung ke: Gabung Yuk, Di Komunitas Pecinta Sejarah Surabaya (2)
Gandhi Wasono M.
KOMENTAR