Ketika menerima telepon dari seorang pria asal Nganjuk yang mengaku bernama Basori, Muhammad Fais (22) sama sekali tak curiga. "Katanya, dia Kepala Sekolah SMAN 1 Nganjuk. Saya sempat heran, dari mana dia tahu nama dan nomor telepon saya. Bilangnya, sih, dari Facebook dan Twitter. Padahal, saya tidak pernah tahu apa itu Facebook dan Twitter," kisah Fais saat ditemui di Mapolres Nganjuk, Rabu (15/2).
Dari telepon itu, hubungan pedagang es kelapa di Pasuruan dengan Basori ini jadi semakin hangat. "Sehari bisa empat kali telepon. Pokoknya, dia perhatian sekali. Pernah juga bilang, mau mengangkat saya sebagai anak karena katanya dia sudah kawin dan belum punya momongan." Permintaan itu ditolak Fais. "Belum pernah ketemu, kok, mau mengangkat anak?"
Kali lain, kisah Fais, Basori memintanya datang ke Nganjuk dengan iming-iming akan diberi motor. "Katanya dia punya adik yang kerja di dealer motor. Saya diminta bawa uang muka Rp 400 ribu lalu dia akan bantu bayar cicilannya." Kali ini Fais tergoda. Februari itu, tanpa menghiraukan larangan keluarga, ia berangkat ke Nganjuk berbekal uang Rp 150 ribu.
Gemetar & Mual
Begitu turun dari bus setibanya di Nganjuk. seseorang yang mengaku keponakan Basori dan bernama Ricky sudah menantinya. "Kata Ricky, Basori tak bisa jemput karena di rumahnya masih banyak tamu. Saya sama sekali tidak curiga."
Fais juga menurut saja ketika Ricky mengajaknya berputar-putar naik motor. Yang diakuinya sedikit janggal, saat dibonceng motor, Fais sempat mengirim SMS pada Basori. "Tapi setelah saya kirim, tak lama kemudian ponsel Ricky berbunyi dan dia membaca SMS tadi sambil jalan."
Alkisah, motor Ricky berhenti di sebuah warung bernuansa remang-remang dengan gazebo di pelatarannya. "Kamu, kan, habis perjalanan jauh, pasti kehausan," ujar Ricky seraya menyodorkan segelas teh yang diambilnya dari warung yang jaraknya lumayan jauh. Haus dan lelah, Fais menerima teh dari Ricky. "Aromanya aneh dan rasanya agak pahit, makanya saya hanya minum sedikit."
Beberapa menit kemudian, Fais merasa badannya jadi tak enak. Perutnya mual, tangannya gemetar, dan keluar keringat dingin. Melihat keadaan Fais, Ricky bergegas mengajaknya pergi dari situ dengan alasan tamu di rumah Basori sudah pulang. Di atas motor, keadaan Fais bertambah parah. Dia merasakan jantungnya berdetak keras dan wemakin gemetar. "Paling kamu masuk angin karena habis dari perjalanan," ujar Ricky menenangkan.
Merasa tak tahan lagi, Fais meminta Ricky menghentikan laju motor yang seakan berputar-putar tanpa arah. Di malam yang semakin larut itu, Ricky menurunkan Fais di Mushala Al Ridho di lingkungan Kendal, Nganjuk. "Akhirnya saya ditolong orang yang rumahnya berdekatan dengan mushala tersebut." Setelah itu, Fais tak sadar dan baru siuman di rumah sakit. "Ponsel dan dompet saya hilang tapi alhamdulilah saya tertolong. Saya tidak menyangka bisa selamat," ujarnya penuh haru.
Keadaan Fais yang sangat mengkhawatirkan di mushala itu, rupanya mendorong warga memanggil polisi dan membawanya ke rumah sakit. Dari Fais pula akhirnya terungkap kejahatan Muji, yang belakangan ketahuan berperan sebagai Basori dan Ricky. Tiga hari setelah Fais cerita ke polisi, Muji ditangkap di kediaman JS di Desa Sonopatik. Di rumah itu, Muji bekerja sebagai pembantu sekaligus pasangan gay JS. Polisi menemukannya setelah mendeteksi ponsel Fais yang dibawa Muji.
Kepada polisi, seperti dikatakan Kapolres Nganjuk, AKBP Anggoro Sukartono, Muji mengaku sudah meracun enam orang lelaki dalam kurun waktu kurang dari dua bulan. Empat di antaranya tewas. "Yang mengejutkan, ia mengaku sudah meracun sembilan orang lainnya sepanjang tahun 2011. Tapi apakah semua tewas atau tidak, belum dapat kami pastikan karena di kurun waktu itu tidak ada laporan orang meninggal akibat diracun," jelas Anggoro.
Keenam korban yang sudah ditemukan adalah Ahyani (46), karyawan Pemprov Jatim asal Situbondo, Romadhon (55) asal Ngawi, Sudarno (42) juga dari Ngawi, dan seorang korban yang belum diketahui identitasnya. Korban yang selamat dari racun maut Muji adalah Anton Sumarsono dan Fais. Untuk sepak terjangnya itu, Muji terancam hukuman mati atau penjara seumur hidup.
Kepada polisi, Muji mengaku merayu korban dengan nama Basori. Komunikasi dilakukan melalui telepon, sementara nomornya ia dapatkan dari ponsel JS. Nama Basori biasa dipakai JS di dunia gay. "Dia mengaku terdorong membunuh lantaran cemburu karena JS mulai berpaling darinya. Begitu tahu ada nomor handphone lelaki lain di ponsel JS, langsung dijadikan sasaran."
Kepada polisi, Muji juga mengaku memaksa melakukan hubungan badan sebelum memperdayai korban dengan racun tikus untuk kemudian ditinggalkannya begitu saja.
Gandhi Wasono M / bersambung
Berita yang lebih lengkap dan dalam ada di Tabloid NOVA. Belinya enggak repot, kok.
Sahabat NOVA bisa pilih langganan di Grid Store, atau baca versi elektroniknya (e-magz) di Gramedia.com, MyEdisi, atau Majalah.id.
KOMENTAR