Pada tahun 2007, tak disangka-sangka saya diberi penghargaan Sampurna Award sebagai UKM Terbaik III tingkat Nasional. Usaha saya terpilih dari 6.000 peserta dari seluruh Indonesia. Penghargana lainnya, saya dimina menjadi pembicara di ajang APEC yang dihadiri peserta dari 22 negara. Ketika itu saya diajak Bu Nining Susilo, dari UKM Center. Dan hingga kini, saya kerap diajak Bu Nining ke berbagai daerah, diminta berbicara di hadapan lurah se-Borobudur agar para lurah di sana ikut memberdayakan masayarakat wilayahnya.
Begitulah, sampai sekarang saya masih bekerja keras membangun bisnis yang saya cita-citakan sejak lama, yakni punya PT sendiri. Meski orang bilang saya sudah menjadi juragan, tapi dalam kesehariannya, kadang saya masih pegang pekerjaan di bengkel saya di tepi barat Sungai Progo. Roda bisnis ini saya jalankan dengan dibantu beberapa pekerja di rumah. Juga sekitar 70 karyawan di luar rumah. Sementara itu, yang pasang payet jumlahnya lebih dari 1.000 ibu-ibu, yang dikerjakan di rumah masing-masing.
Membina banyak perajin, memang ada untungnya. Kebetulan saya tak suka memperkaya diri sendiri, memakan rezeki sendiri. Lebih enak dibagi dengan orang lain. Yang penting saya bisa bermanfaat untuk orang banyak. Itulah arti kesuksesan bagi saya. Oh ya, saya ingin berpesan kepada kaum perempuan yang tengah memulai usaha. Kuncinya, pantang menyerah dan istiqamah. Bila niatnya baik, pasti ada jalan. Dan seringlah menolong sesama.
Sebagai bos, menurut dua karyawan Martini Natural, Martini banyak memberikan keleluasaan kepada karyawannya untuk berkreasi, terutama bila sedang tak banyak order. "Kalau sedang banyak order, setiap karyawan harus bekerja sesuai tugasnya. Kalau sedang sepi, ya, mau mengerjakan apa saja, ya, boleh. Hitung-hitung untuk belajar bidang lain. Tapi tugas pokok saya, sih, memotong bahan untuk upper," terang Hamid (24) yang baru saja dikirim ke pelatihan membuat sepatu di Surabaya oleh Martini. Hamid mulai bekerja di Martrini Natural sejak setahun lalu.
Sementara Erna, sekitar lima tahun lalu hanya bekerja di bagian finishing. Namun perlahan tapi pasti, ia pun mulai dipercaya Martini untuk berbelanja bahan baku sepatu dan aksesoris ke Jakarta atau Surabaya. Sebagai karyawan yang saat itu belum berpengalaman, Erna mengaku harus banyak bertanya kepada sang majikan. "Ibu banyak kasih pengetahuan. Kalau saya salah, ya, paling diberitahu. Mungkin itu bisa disebut marah, ya, tapi Ibu tak pernah marah berkepanjangan," papar Erna yang saat dijumpai NOVA sedang menunggu pameran sepatu di Jogja Expo Center bersama Hamid.
Rini Sulistyati
KOMENTAR