Bagaimana tidak, Silet edisi Minggu 7 November 2010 itu secara berulang-ulang menampilkan sebuah pesan singkat berisi ancaman letusan besar yang akan terjadi pada 8 Oktober ini. Belum lagi ramalan Jayabaya yang menuturkan bahwa dunia akan segera hancur. Tak berhenti disitu, dalam tayangan edisi bencana Merapi itu, lagu-lagu yang digunakan sebagai backsound juga terdengar menyeramkan.
Dituturkan ketua KPI Pusat, Dadang Rahmat Hidayat, kantornya mendadak kebanjiran surat keluhan yang berasal dari masyarakat. Jumlahnya pun tak main-main, yakni hingga ribuan saat tayangan itu berlangsung.
"Tayangan itu sudah menimbulkan banyak keresahan dari masyarakat. Ada 1128 surat pengaduan dalam satu hari melalui e-mail (electronic mail). Surat aduan itu sudah sejak kemarin sampai sekarang. Pada saat berita itu ditayangkan," ujar Dadang saat dijumpai di Sekretariat Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Gedung Bapeten Jl.Gajah Mada No.8 lt.6 Jakarta Pusat, Senin (8/11) petang.
Saking banyaknya surat yang datang, lantas benarkah kasus Silet ini menjadi rekor terbanyak surat keluhan yang dialamatkan kepada KPI? "Kalau dibilang rekor komplain tertinggi kita belum tahu, karena belum merekap ulang. Tapi memang tertinggi dalam 1 hari, karena dianggap menyesatkan dan merisaukan. Masalah privasi yang banyak diungkap," katanya.
"Kami panggil pihak RCTI dan beri sanksi. Dihentikan bukan karena banyak surat kita hentikan tapi memang dengan alasan merisaukan. Tapi satu surat pun akan kita perhatikan. Bahkan ada surat aduan soal banyaknya korban yang dieksploitasi," tukasnya.
Okki
KOMENTAR