Bagaimana cara menjaring siswa?
Soal menjaring siswa ini memang salah satu tantangan yang tak kalah beratnya. Setelah rencana matang, saya dan suami layaknya seorang sales, masuk dari rumah ke rumah warga desa yang punya anak yang akan masuk SMP. Kami meyakinkan para orangtua bahwa sekolah kami resmi, dengan tenaga pengajar yang mumpuni, kurikulum sesuai dengan program pemerintah, serta gratis. Itu pun masih diberi seragam, buku, sampai sepatu. Pokoknya yang modal sendiri itu hanya tas saja.
Tanggapan mereka bagaimana?
Pada awalnya banyak yang meragukan. Mereka rata-rata mengira bahwa sekolah yang kami dirikan ini tidak akan berumur lama. Kami bisa memahami hal itu. Pikiran orangtua, daripada menyekolahkan di tempat kami lebih baik dimasukkan ke sekolah negeri yang mereka anggap lebih bergengsi. Tapi kami tak putus asa. Saya terus berusaha meyakinkan. Alhamdulillah, di tahun pertama akhirnya kami bisa menjaring 25 anak. Kami bahagia sekali meski menempati bangunan sederhana di sebelah rumah. Kami semua mengajar dengan semangat tinggi.
Oh ya, para siswa itu dari kalangan mana?
Kami sebenarnya tidak memilah-milah siswa, yang penting anak-anak mau sekolah di tempat kami. Tapi memang terjadi seleksi alam, artinya dari seluruh siswa kami, sekitar 70 persen adalah anak dari orangtua tidak mampu. Ada yang yatim, terkadang ada yang sehari-hari membantu orangtuanya membuat batu bata. Karena itu kadang pas jam pelajaran ada yang kelihatan kepayahan dan mengantuk. He he.
Sementara mereka yang mampu secara ekonomi, ada rasa gengsi menyekolahkan di tempat kami yang gratisan ini. Rata-rata mereka sekolah di sekolah negeri.
Bagaimana pada saat kenaikan kelas?
Nah, menjelang tahun ajaran baru, kami memutar otak bagaimana caranya membuat bangunan permanen yang lebih bagus. Tanah bapak seluas 700m2 kemudian dihibahkan kepada kami, sementara Mas Djit menjaring dana partisipasi masyarakat serta mengajukan ke Diknas. Bahkan warga desa ada yang menyumbangkan batu bata segala. Alhamdulillah, akhirnya kami berhasil mendirikan bangunan sekolah cukup megah dua lantai dengan 7 kelas. Kalau ditotal mungkin nilainya sekitar Rp700 jutaan.
Saat ini berapa jumlah siswa dan guru?
Saat ini, kelas 3 ada 25 anak, kelas 2 dan 1 masing-masing 17 siswa. Jumlah guru saat ini ada 17 orang. Dan di tahun terakhir ini alhamdulillah kami sudah bisa memberi guru uang transpor setiap bulan. Uang tersebut kami dapatkan dari partisipasi masyarakat ditambah dana Bantuan Operasional Siswa (BOS) dari pemerintah. Masing-masing anak mendapat Rp60.000 per bulan.
Dari kisah Anda ini sosok suami sepertinya memiliki andil sangat besar?
KOMENTAR