Saat tugas belajar ke Amerika pada tahun 2010 selama enam bulan ia pun mengenalkan terapi yang ia pelajari kepada masyarakat Amerika. "Penghargaan yang mereka berikan ke saya luar biasa. Saya sampai kaget dengan respon mereka," jelasnya.
Hingga akhirnya pada tahun 2013 dia berkesempatan bergabung dengan kontingen Garuda ke Lebanon selama setahun dan melakukan misi sosial melakukan pengobatan terapi kepada masyarakat di sana. Selama setahun dia melakukan terapi pada 2.200 an masyarakat di Lebanon.
"Di sana ada 23 negara yang bergabung dan saya bersyukur bisa mengambil bagian dan itu pengalaman yang paling mengesankan bagi saya. Sampai saat ini saya masih sering berkomunikasi dengan mereka," ceritanya.
Rata-rata pasien yang ia tangani di Lebanon adalah mereka yang stres berkepanjangan karena perang dan mengkonsumsi obat obatan secara terus menerus untuk menekan stres mereka. Saimah juga mengaku mengajarkan keahliannya kepada tenaga kerja wanita yang akan dipulangkan ke tanah air.
"Ada ribuan tenag kerja wanita di sana yang menunggu kepulangan ke Indonesia. Mereka banyak depresi ya akhirnya saya ajak saja mereka buat belajar pijat reflesi totok wajah sebagai modal awal dan juga mengurangi stres mereka," ungkapnya.
Perempuan yang kembali tanah kelahirannya dan bertugas di Kodim 0825 Banyuwangi sejak Mei 2015 tersebut mengaku bercita-cita bisa memberikan pelayanan terapi kesehatan kepada seluruh masyarakat Banyuwangi secara gratis terutama di daerah pelosok. Namun selama ini terkendala dengan jarum akupuntur yang masih harus ia beli.
"Biasanya bakti sosial bekerja sama dengan perusahaan atau lembaga. Mereka yang menyediakan jarumnya kami yan melakukan terapi secara gratis. Dan saat ini saya sedang merintis mendirikan rumah sehat untuk melayani para pasien di rumah. Tentu seizin atasan. Doanya saja. Saya hanya ingin bermanfaat untuk sesama dengan keahlian yang saya miliki," jelas perempuan yang tinggal di Perumahan Brawijaya Cefilla Indah Banyuwangi tersebut.
Mengenai pilihannya menjadi tentara, Saimah menjawab bahwa di hadapan Tuhan pertanggungjawabannya sama.
"Di hadapan Tuhan semuanya sama tidak ada bedanya laki-laki dan perempuan. Dan selama ini saya nyaman dan tidak ada masalah, Walaupun terkesan keras dan maskulin tetap tetap terlihat cantik dan bugar kan," sebut perempuan yang hobi berlari tersebut sambil tersenyum.
Ira Rachmawati / Kompas.com
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
KOMENTAR