Mendengar kata kanker mungkin bukan lagi jenis penyakit baru bagi masyarakat perkotaan. Paparan radikal bebas, polusi, serta pola hidup tidak sehat dan pemicu genetika lainnya diklaim sebagai penyebab penyakit kanker.
Mirisnya, selain kanker leher rahim, kanker payudara, dan kanker paru, ternyata karsinoma nasofaring (KNF) merupakan jenis kanker ganas yang berada pada urutan ke-4 terbanyak di Indonesia.
“Kanker Nasofaring dipicu beberapa hal, yakni Epstein-Barr Virus (peningkatan antibodi, genom virus pada sel tumor), bahan kimia termasuk asap sebagai hasil pembuangannya seperti rokok, dupa/kemenyan dan kayu bakar, pekerjaan yang menghasilkan serbuk-serbuk kimia seperti peleburan besi dan serbuk kayu. Diet seperti ikan asin, sayuran yang diawetkan, makanan yang difermentasi. Konsumsi jenis makanan ini akan menghasilkan kandungan nitrosamine ataupun precursor nitro yang akan menjadi pemicu untuk terjadinya proses KNF,” jelas Dr. dr. Cita Herawati, SpTHT-KL dalam acara Pengobatan Paripurna Kanker Nasofaring oleh Sahid Sahirman Memorial Hospital.
Lebih lanjut, Dr. Cita memaparkan bahwa gejala kanker nasofaring digolongkan menjadi empat bagian. Dari gejala kanker nasofaring yang sifatnya ringan hingga berat.
Baca: Bahaya, Asap Dapur Saat Memasak Picu Risiko Kanker Nasofaring
Pertama, gejala hidung berupa mimisan ringan sampai berat, terasa sumbatan di hidung. Kedua, kadang sering dirasakan pilek lama yang seperti gejala sinusitis. Ketiga ialah gejala telinga karena tumor terletak di dekat muara tuba Eustachius/fossa Rosenmuller maka akan dirasakan rasa tidak nyaman ditelinga seperti tersumbat, dengung (tinitus), bahkan sering ada rasa nyeri (otalgia).
Keempat ialah gejala mata dan saraf yakni tumor mulai masuk kedalam lubang-lubang tengkorak dimana banyak dilalui saraf sehingga saraf tersebut terjepit, ada 2 lubang (foramen) yang penting: foramen laserum : N.III, IV, V, VI yang akan berakibat penglihatan ganda /dobel dan dirasakan nyeri di daerah pipi dan sekitarnya (trigeminal pain).
Baca: Penyebab Penyakit Meningitis, Penyakit yang Diderita Olga Syahputra
Sementara, foramen jugulare: N. IX,X,XI,XII yang dirasakan berbagai gangguan menelan, berbicara, kelemahan otot bahu /leher (sindroma Jackson); gejala metastasis lokal/leher : terdapat benjolan di leher dapat di satu sisi maupun dua sisi leher.
Lalu terkait dengan diagnosis KNF, Dr. Cita menjelaskan jika Diagnosis KNF atau diagnosis kanker nasofaring ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Anamnesis ialah keluhan pasien sesuai dengan 4 gejala diatas, tempat bekerja, paparan penyebab kanker, riwayat keluarga.
Baca: Perokok Lebih Beresiko Tertular Penyakit Meningitis
Sedangkan, pemeriksaan fisik berupa rinoskopi anterior dan posterior atau nasoendoskopi (diteropong dari hidung sampai ke nasofaring) akan tampak tumor di daerah nasofaring. Serta Biopsi Nasofaring yakni mengambil bahan/sampel dari nasofaring dilanjutkan pemeriksaan Patologi Anatomi untuk menegakkan diagnosis.
Dr. Cita pun menjelaskan soal jenis klasifikasi KNF dengan berdasarkan Patologi Anatomi:
1. Karsinoma sel skuamosa dgn keratinisasi (WHO tipe 1)
2. Karsinoma sel skuamosa tanpa keratinisasi (WHO tipe 2)
3. Karsinoma tanpa diferensiasi / Undifferentiated Ca ( WHO tipe 3). Selain itu dokter juga akan melakukan CT Scan Nasofaring/ MRI
nasofaring, Rontgen paru, USG perut, Bone Scann dan penentuan stadium : TNM”
KOMENTAR