Kata-kata memang tak dapat ditarik kembali. Ada kalanya seseorang keceplosan ucapan yang ternyata menyinggung salah satu pihak. Ketika hal ini terjadi, salah satu pasangan harus bisa menetralisir dan langsung mengoreksi apa yang dimaksud dengan ucapan pasangan tadi.
“Di sini pasangan akan kelihatan kompak dan saling melindungi ketika salah satu berbuat salah dan yang dilindungi pun tentu akan merasa nyaman dan merasa dibela ketika membuat kekeliruan,” kata Widia.
Namun, perlu diingat terkadang ada kalanya kita menunjukkan rasa peduli yang belum tentu dianggap baik oleh orang lain. Misalnya, ucapan yang terkesan ikut campur dalam urusan saudara sekandung maupun ipar. Tempatkan diri sebagai menantu atau anggota keluarga besar yang baik. Termasuk tidak mengumbar hal privasi seperti rumah tangga Anda dan suami.
3. Hobi Pamer.
Tanpa disadari di momen silaturahmi ada kalanya seseorang ingin menampilkan eksistensi dirinya. Bisa dilihat dari penampilan yang wah maupun cerita sukses dirinya atau anak dan suami. Dapat dimaklumi bahwa keberhasilan tersebut ingin juga disampaikan kepada kerabat lain. Bagaimana menyikapnya? Atau, justru adakah cara agar mengerem diri sendiri tidak pamer?
“Tinggal bagaimana Anda mau memberi respons. Ada yang berharap mendapat pengakuan dan pujian. Jadi, apakah ingin larut dan terpancing membicarakan obrolan yang sama? Tapi, Anda bisa juga memilih diam atau mengiyakan.”
Namun, sambung Widia, sebenarnya ada baiknya hal ini dipandang dari sisi positif. Seperti mengambil pembelajaran dari cerita sukses tersebut. Tidak ada salahnya kita menanyakan tips-tips apa untuk dapat mewujudkannya. “Yang sifatnya sharing tentu akan terasa lebih nyaman, karena mereka senang ada cerita yang direspons dan didengarkan. Keuntungannya, kita pun belajar dari pengalaman keberhasilan mereka.”
BACA: 5 Padu Padan Tunik untuk Silaturahmi
4. Tradisi Angpau.
Memberikan angpau merupakan kebiasaan yang sudah dibangun bertahun-tahun ketika momen Lebaran tiba. Angpau biasanya diberikan dari keluarga yang lebih berada kepada yang kurang, atau dari yang lebih tua ke yang lebih muda, atau dari anak ke ibu yang sudah sepuh.
Sebetulnya pemberian angpau tidak ada ketentuan khususnya. Oleh karena ini momen spesial dan sebagai bentuk kasih sayang dan kepedulian, tidak ada salahnya kalau kita memang ada bisa dibagikan. Apalagi jika dibagikan kepada anak-anak yang sedang belajar menjalankan ibadah puasa, tentu memiliki arti tersendiri untuk reinforcement dan memotivasi mereka agar di tahun mendatang ibadahnya lebih baik lagi.
5. Rasa Iri.
Penulis | : | Ade Ryani HMK |
Editor | : | nova.id |
KOMENTAR