Disadari atau tidak, perasaan negatif ini memang mudah menghinggapi setiap individu. Misalnya, merasa kenapa anak si A lebih pandai daripada anaknya sendiri, nasib si B yang bersuamikan orang sukses, dan seterusnya. Tapi, apa iya dari tahun ke tahun, rasa yang dipendam dalam hati ini terus menjalar di diri Anda?
Tentu setiap orang menginginkan ada perkembangan positif dalam kehidupannya. “Silaturahmi justru menjadi momen kita untuk introspeksi diri. Tidak perlu berpikir atau melihat rumput yang lebih hijau. Tapi, lebih baik berbenah diri dimulai dari diri kita sendiri.”
6. Selisih Bocah.
Serunya berkumpul dengan saudara tak jarang ada anak-anak kecil yang berantem sesama sepupu. Apa ya yang harus dilakukan orangtua? Sepanjang yang dimaksud berantem bukan perkelahian fisik tentu kita sebagai orangtua secara bijak melerai mereka. Walaupun ada kalanya ketidaksesuaian pikiran dan ingin menang sendiri bisa menjadi pemicu.
“Sebaiknya orangtua tidak perlu larut untuk berpihak, namun lebih baik menengahi. Dari hal-hal yang beda justru kita akan banyak belajar. Misalnya, ajari anak menghargai pendapat atau saran orang lain. Toh, efeknya positif karena anak bisa menghadapi berbagai macam karakter individu dan lebih luwes bergaul di lingkungan yang berbeda-beda.”
BACA: Jangan Katakan Ini Kepada Perempuan yang Belum Menikah!
7. Busana Sopan.
Selain menjaga ucapan, berada di tengah-tengah keluarga besar ada baiknya kita juga tetap menjaga kesopanan dalam berbusana. Tak berlebihan tapi juga tetap santun dalam suasana tersebut.
8. Pahami Kebiasaan.
Ketika suami dan istri berbeda suku, sebaiknya pasangan mempelajari budaya dan tata cara yang biasa dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. Informasi ini tentu kita eksplorasi dari pasangan sendiri maupun dari kerabat dekat seperti kakak atau adik ipar. Tujuannya, agar ketika berkumpul tidak ada kesalahpahaman dengan perilaku kita yang mungkin saja kurang berkenan di mata mereka.
Kenali juga kebiasaan tuan rumah soal etika yang biasa dilakukan. Contohnya, apakah yang lebih muda menyalami yang lebih tua, apakah ada ritual tertentu seperti sungkeman, makanan apa yang bisa kita bawa sebagai hantaran, dan lain sebagainya. Bila memang dibutuhkan, tak ada salahnya ikut menawarkan bantuan kepada yang punya rumah bila melihat mereka sibuk sendiri.
9. Berbaur.
Manusia adalah makhluk sosial, tentu kita perlu membaur dengan kelompok keluarga lain sehingga tidak terkesan menyendiri. Ajarkan juga pada anak-anak yang telah remaja.
10. Beda Itu Indah.
Sadari setiap orang memiliki visi, persepsi, dan pribadi berbeda. Sebab ada kalanya terjadi benturan pemikiran dalam sebuah keluarga besar. Menganggap pola didik si A terhadap anaknya tak baik, dan masih banyak lagi contoh yang justru bisa merembet pada konflik dan berujung putusnya silaturahmi.
Sekecil apapun hal yang Anda anggap tak sesuai, selalu hilangkan prasangka buruk dan terima segala kekurangan orang lain. Dengan kata lain, bercerminlah sebelum Anda berucap atau melakukan suatu hal.
Penulis | : | Ade Ryani HMK |
Editor | : | nova.id |
KOMENTAR