Dimulai dengan dua mesin jahit, dua karyawan, dan dibantu keluarga, saya mulai bisnis ini. Beruntung, selama bekerja di pabrik boneka, saya sering membantu bagian lain. Bertugas di gudang, kan, banyak waktu senggangnya. Setelah tugas saya selesai, saya sering ikut membantu memotong bahan, menjahit, bahkan menyupir. Dari situlah saya jadi punya keterampilan membuat boneka.
Boneka apa yang Anda buat?
Macam-macam. Semua pola kami buat sendiri. Awalnya, pola kami buat dengan sistem amati, tiru, jiplak. Berikutnya, kami menggunakan sistem ATM alias Amati, Tiru, Modifikasi. Boneka yang saya produksi dititipkan ke toko milik teman-teman. Terkadang, pedagang dari pasar grosir pun mengambil dari saya. Dalam sehari, waktu itu sekitar 50 boneka terjual. Saya juga setorkan ke teman-teman lama waktu pertama saya membuka toko boneka.
Lalu, saya juga menampung boneka produksi teman-teman lama. Lama-kelamaan, bisnis boneka saya jadi besar. Dalam dua tahun, karyawan saya bertambah menjadi 50 orang, dan dalam empat tahun berkembang menjadi 125 orang. Namun, saya tidak membuka toko.
Semua boneka tetap diproduksi sendiri?
Tidak. Lima tahun lalu berjalan, saya mulai menjual sistem waralaba produksi dan waralaba toko. Saat saya tidak punya uang untuk membayar utang ke bank, saya berpikir, apa yang bisa saya lakukan untuk mendapatkan uang yang tidak harus mengganggu bank. Muncullah ide kemitraan. Maka, saya menjual intelektual berupa waralaba produksi dan waralaba toko.
Mengapa sejak awal tidak membuka toko sendiri?
Cara itu tidak cerdas. Lebih baik memasok ke orang lain, mereka yang mengurus toko, tapi kita dapat keuntungan yang sama. Setiap bulan kita dapat untung, tapi dia yang bekerja. Ketika saya punya 125 karyawan, omzet memang bagus, tapi masalah juga besar. Akhirnya saya tawarkan pada produsen boneka lain untuk memproduksi boneka saya. Saya sediakan mesin dan perlengkapannya, saya ajari sistemnya.
Hasil bonekanya saya yang menampung, dan dia mendapatkan untung 15 persen dari hasil penjualan. Inilah waralaba produksi, yang sekarang saya jual dengan harga Rp125 juta. Saya juga dapat untung 15 persen, tanpa saya harus bekerja dan membesarkan pabrik. Dan, tidak ada risiko buat saya. Karena ada sistem ini, saya mengurangi karyawan menjadi 50 orang, dan sekarang jadi 30 orang. Dengan sistem ini, lebih banyak orang yang bekerja, karena setiap pengusaha yang menyuplai boneka ke saya punya pegawai 10-30 orang.
Bagaimana sistem suplai mereka?
Apa pun yang mereka buat, saya tampung. Selain itu, kalau ada order besar, saya sebar pada mereka. Kualitas bonekanya harus sesuai dengan standar saya. Sampai di pabrik saya, boneka mereka kembali diperiksa kualitasnya. Jenis boneka yang diproduksi sangat bervariasi, melebihi produksi pabrikan. Kalau produsennya masih baru, bikinnya setengah jadi, kami yang menyelesaikan.
Tidak takut rugi?
KOMENTAR