Lima tahun lalu. Sekarang, ada tiga buku saya, Berbisnis dengan Iman, Menjadi Muslim Miliarder, dan Jangan Biarkan Engkau Menangis. Sekarang, saya sedang membuat buku keempat. Semua hasil royalti penjualan buku saya dedikasikan untuk masjid, pesantren, dan Rumah Quran. Sejak saat itu pula, saya juga mulai diundang jadi pembicara oleh kampus, perusahaan, sekolah, dan pemerintah. Saya diajak pemerintah untuk jadi motivator dan mengajari pembuatan boneka ke desa-desa.
Apa isi bukunya?
Di dalamnya, saya menuangkan cara-cara saya berbisnis. Salah satunya, saya tidak percaya bahwa yang dibisniskan itu sebaiknya yang kita sukai. Saya, kan, tidak suka boneka. Saya anak polisi yang dulu mainnya pistol-pistolan. Menurut saya, dalam bisnis apa pun, passion bukan segalanya. Kalau kita mau seriusi, bisa kok menghasilkan. Saya menyukai ikan hias dan pernah mencoba membisniskannya. Ternyata bangkrut setelah dua tahun. Jadi, hobi pun tidak menjamin kesuksesan berbisnis.
Kiat sukses adalah fokus pada bidang itu, jadilah expert dalam bidang itu, suka atau tidak pada bidang itu. Ketika kita menerima apa yang kita punya dan bisa sukses di bidang itu, itu hebat karena dia bisa mengelola hati.
Banyak cara berbisnis Anda yang tidak lazim, ya?
Ya. Rumus saya, teratur terhadap ketidakteraturan dan fokus pada ketidakfokusan. Saya tidak fokus. Saya suka-suka dalam berbisnis, tidak mau dibatasi. Semua filosofi saya ini saya dapat dari pengalaman kehidupan selama ini. Dalam berbisnis, saya tidak pernah mau tergantung pada pesanan orang. Saya membuat produk yang menurut saya baik, lalu saya jual. Jadi, pembeli harus membeli produk saya, bukan pembeli menyuruh saya harus ini-itu. Bahkan, yang memesan ke Hayashi pun belum tentu diterima.
Saya sudah 22 tahun menekuni dunia boneka, jadi saya tahu mana yang bagus mana yang jelek. Bukan uang melulu yang saya pikirkan. Kualitas dan kreativitas yang jadi ciri khas Hayashi juga harus ada di situ. Saya tidak pernah menganggap pembeli adalah raja. Bagi saya, pembeli adalah partner yang harus sejajar. Kalau pembeli dianggap sebagai raja, jaraknya dengan Hayashi akan sangat jauh, dan saya akan diatur-atur. Boneka Hayashi harus bagus kualitasnya. Selain itu, kalau BBM naik dan perusahaan lain menaikkan harga bonekanya, saya justru menurunkan harga.
Anda tidak takut kompetitor?
Saya tidak pernah peduli pada kompetitor. Malah, kompetitor saya ciptakan, dengan membuat waralaba produksi. Dengan adanya kompetitor, saya jadi berkreasi terus, karena saya takut kalah dari yang saya ciptakan. Kadang-kadang, saya menciptakan kompetitor agar saya tetap maju dan jalan. Kalau tidak ada saingan, saya tidak akan berjalan lebih cepat. Prinsip saya, selama perempuan masih bisa hamil, bisnis boneka ini tetap yang terbaik buat saya. Kalau perempuan sudah tidak hamil lagi, barulah saya berhenti bikin boneka.
Bagi saya, tidak ada kompetitor. Yang ada adalah persahabatan sesama pengusaha. Ini saya buktikan dengan mengumpulkan semua pembuat boneka. Produk mereka saya jual di toko saya. Lawan kita bukan sesama pengusaha lokal, melainkan negara lain yang merusak pasar kita. Ayo kita tumbuh bersama, sesama pengusaha boneka, ayo, saling mendukung, saling untung.
Banyak mantan karyawan saya yang sekarang sukses jadi pengusaha dan duduk bersama saya di asosiasi. Oya, saya juga mendirikan Himpunan Pengrajin Boneka Indonesia dan Koperasi Sepakat Bersama untuk para pemasok boneka saya. Dengan bersama lewat koperasi, kita jadi lebih kuat. Tidak bisa maju kalau berbisnis sendirian. Saya senang melihat kesuksesan mantan pegawai saya. Taraf hidup mereka jadi meningkat.
Hasuna Daylailatu
KOMENTAR