Lalu saya ditanya, apakah bersedia dijadikan duta. Tentu saya bersedia. Nah, akhirnya orang-orang dari IGA menunjuk beberapa perempuan dari berbagai negara dan mempertemukannya di World Geothermal Congress. Kami rapat bersama dan merumuskan misi. Antara lain sharing pengetahuan di antara perempuan yang bekerja di dunia geotermal, meng-encourage kaum muda untuk tidak ragu-ragu mengambil geotermal sebagai pilihan karier. Lebih dari itu juga menanamkan pengertian tentang perlunya pengembangan jenis-jenis energi terbarukan lainnya kepada setiap kalangan yang terkait.
Selangka apa, sih, ahli geotermal Indonesia, utamanya perempuan?
Totalnya saya tidak tahu persis, tetapi di universitas-universitas lain di Indonesia, karena kesadaran kolektif tentang pentingnya geotermal, sekarang sudah cukup banyak orang yang menekuni panas bumi. Demikian pula sudah banyak perempuan yang bekerja di industri geotermal. Beberapa di antaranya mantan mahasiswi saya. Itu satu kegembiraan bagi saya. Mereka bukan sebagai pesaing, melainkan mitra. Jadi adalah keharusan bahwa kami sebagai pendidik, peneliti, atau praktisi bersinergi.
Sebagai dosen, apa yang sudah Anda perbuat untuk geotermal?
Saya mengusulkan Geologi Panas Bumi menjadi mata kuliah wajib S-1, setidaknya di Teknik Geologi UGM terlebih dahulu. Dulu cuma mata kuliah pilihan. Alasannya, negara kita kaya akan sumber panas bumi, maka pemuda-pemudinya harus melek panas bumi. Kalau pada kurikulum sebelumnya hanya 2 SKS, mulai semester depan menjadi 3 SKS agar ada waktu praktikum. Bayangkan, saya mengajar mahasiswa dari berbagai negara di Geothermal Institute lengkap dengan praktikum, kok, mahasiswa sendiri cuma diberi kesempatan belajar 2 SKS? Dalam persaingan global kita bisa kalah.
Bersama mahasiswa KKN (Kuliah Kerja Nyata) UGM saya membuat Festival Panas Bumi tahun 2014 dan 2015 di Lahendong, Sulawesi Utara yang kaya energi panas bumi. Saya mengajak mahasiswa peserta KKN agar menggiatkan peran serta masyarakat dalam pengembangan potensi panas bumi.
Panas bumi, kan, bukan hanya bisa dimanfaatkan sebagai energi listrik, tapi kawasannya bisa menjadi daya tarik wisata dan pengembangan ekonomi kreatif berbasis panas bumi, serta menjadi tempat untuk belajar tentang panas bumi. Dengan menjadi kawasan wisata yang dilengkapi dengan sarana pembelajaran publik, daerah-daerah dengan potensi panas bumi akan semakin laris sebagai tujuan pariwisata alam dan pendidikan.
Sudah dua tahun kami adakan festival tersebut bersama masyarakat, pemerintah daerah, dan industri dalam merayakan kekayaan panas bumi di Sulawesi Utara.
Sebetulnya, daerah mana saja di Indonesia yang potensi energi panas buminya besar?
Di daerah-daerah yang memiliki gunung api yang sumber panasnya masih aktif tetapi sudah tidak meletus. Misalnya di Sumatra dan Jawa. Di Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Maluku juga terdapat potensi panas bumi.
Penting diketahui bahwa negeri kita kaya akan semua potensi sumber energi terbarukan dan ramah lingkungan selain panas bumi itu sendiri. Dari mulai energi matahari, air, angin, panas dan arus laut. Kita hanya butuh pengelolaan yang baik sehingga secara bertahap dapat mengurangi ketergantungan terhadap energi tak terbarukan seperti minyak, gas, dan batu bara.
Apa kekurangan dari energi panas bumi?
Sumber panas bumi yang berkualitas baik yang adanya di bawah permukaan tidak gampang ditemukan, tetapi memerlukan penelitian yang mendalam, sehingga keuntungan tidak diperoleh seketika. Ada tanda-tandanya di permukaan yaitu manifestasi panas bumi seperti mata air panas dan keluaran uap berbau belerang.
Orang sering tidak fair terhadap panas bumi. Bau telur busuk yang timbul dari lokasi itu secara alamiah justru sebenarnya pertanda bahwa di bawah sana ada sumber panas bumi bertemperatur tinggi. Tinggal kita merunut, di manakah di bawah permukaan tanah di sana ada sumber energi panas.
Nah, sekarang tinggal tata-kelola tata wilayah oleh pemerintah yang perlu dibenahi, agar jangan sampai terjadi dampak yang kontra produktif akibat tumpang tindih antara pemanfaatan suatu daerah untuk pengembangan energi panas bumi dengan peruntukan lain yang tidak saling mendukung. Manusia yang harus menyesuaikan kondisi alam. Di negara lain hal ini sukses diterapkan, misalnya banyak daerah panas bumi yang sekaligus sukses dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata.
Banyak sekali kesibukan Anda. Apa hobi Anda di luar urusan geotermal?
Saya suka traveling ke pelosok negeri, juga keluar-masuk pasar tradisional. Kalau ke daerah kadang jalan-jalan mencari kain tenun atau sekadar berbicara dengan penduduk setempat.
Rini Sulistyati
KOMENTAR