Anda diterima?
Saya malah “dimarahi” oleh salah seorang praktisi geotermal yang saya temui. He he he. Beliau bilang saya hanya akan merepotkan saja. Tidak punya ilmu, tapi ingin bekerja. Tapi, karena itu musim liburan dan tidak ada kegiatan lain, saya memaksa minta diizinkan meski hanya nongkrong di sana.
Melihat kesungguhan saya, mereka mengizinkan saya nongkrong di perusahaan tersebut asal tidak minta gaji. Begitulah, tiap pagi saya datang ke perusahaan. Kerjanya nongkrong di perpustakaan, baca-baca buku sampai jam kantor selesai.
Sepanjang hari saya baca buku apa saja yang berkaitan dengan geotermal. Apa dan di mana saja potensi geotermal di Indonesia dan dunia, bagaimana meneliti, mengeksplorasi, dan memanfaatkannya. Kenapa uapnya bisa untuk pembangkit tenaga listrik.
Kegiatan itu saya lakukan sampai dua bulan. Kalau ada seminar di kantor itu, saya ikut mendengarkan. Atau kalau ada komputer nganggur, saya minta izin pinjam agar bisa belajar bagaimana mengolah data hingga bisa berubah menjadi gambar-gambar bawah permukaan bumi yang menarik.
Begitu saja?
Genap dua bulan, saya pulang ke Yogya membuat proposal agar bisa melakukan kerja praktik lapangan yang dikelola oleh perusahaan tersebut. Akhirnya saya diizinkan kerja praktik. Saya diberi satu daerah untuk diteliti. Tapi mengolah data di kantor saja kan membosankan, ya. Jadi kalau mereka ada kerja proyek di lapangan, saya merengek ikut. Awalnya mereka keberatan, karena khawatir saya cuma merepotkan. Tapi saya janji tidak akan merepotkan. Mereka tak bisa menolak lagi. Saya senang sekali.
Di mana kerja lapangannya?
Di Karaha, Talaga Bodas, Garut, Jawa Barat. Saya dititipkan di rumah Pak Lurah. Ekplorasi pertama, kerja saya seperti kuli. Membantu membentangkan kabel sewaktu para ahli mengukur tanah yang disurvei. Istilahnya buminya disetrum kecil-kecil untuk mencari sinyal apakah ada kandungan panas bumi di dalamnya.
Tapi, buat saya itu belajar, saya senang. Selain melihat pemandangan indah, naik turun gunung bawa alat-alat, menurut saya itu keren sekali. Sejak itulah saya merasa bahwa jalan hidup saya ada di penelitian geotermal.
Keuntungan apa lagi yang Anda peroleh?
Saya mulai berani membaca buku-buku tentang geotermal yang dibaca bapak-bapak bos di perusahaan itu. Mereka kuliahnya, kan, di luar negeri. Buku-buku bacaannya karangan para pakar geotermal. Pelajaran di buku-buku mereka saya serap. Tak ada satu pun bos yang menegur atau melarang “ulah” saya itu.
KOMENTAR