Pernah diiming-imingi berkarier di Selandia Baru?
Ya diiming-imingi, tapi begini lo. Saya memberikan alasan kepada mereka bahwa pemerintah Selandia Baru ada perjanjian dengan Indonesia di mana di dalam salah satu klausulnya mengatakan, mahasiswa yang sudah lulus harus membantu negara asalnya. Kalau saya bekerja di Indonesia dengan menggunakan ilmu yang saya peroleh dari negerinya, kan, saya juga membawa nama negeri mereka. Begitulah cara saya menolak tawaran itu.
Ternyata mereka bisa mengerti. Namun mereka meminta saya bisa membantu Selandia Baru yang sedang kekurangan dosen panas bumi. Atas persetujuan UGM saya diminta datang tiap tahun.
Jadi tiap tahun Anda mengajar di Selandia Baru?
Prioritas saya tetap UGM. Saat ini, selain jadi dosen saya juga Kepala Pusat Penelitian Panas Bumi UGM. Saya katakan kepada mereka, saya bersedia mengajar di Geothermal Institute pada libur antar semester di UGM, asal mereka mau memadatkan jadwal saya. Dan mereka menyanggupi.
Jadi, sejak tahun 2012 higga sekarang, tiap tahun saya mengajar di sana. Tapi itu bukan untuk mencari tambahan, tetapi untuk menggalakkan pengembangan sumber daya manusia di bidang panas bumi. Itu saya lakukan sebagai wujud kecintaan saya pada kedua almamater, UGM dan University of Auckland.
Kenapa memilih menjadi dosen, bukan kerja saja di perusahaan?
Bekerja di perusahaan itu juga baik. Tapi saya merasa dengan menjadi dosen bisa menghasilkan “orang” dan karya-karya yang bisa dikembangkan oleh para penerus. Hubungan saya dengan perusahaan juga dekat. Kami saling membutuhkan. Kalau ada sesuatu tentang lapangan yang belum saya ketahui, saya bisa menelitinya bersama pihak perusahaan. Saya juga bisa menitipkan anak-anak didik saya untuk belajar atau magang di perusahaan-perusahaan panas bumi. Seperti saya dulu, kan? Semua yang saya pelajari saat magang dulu sangat bermanfaat untuk saat ini.
Selain di UGM dan Geothermal Institute, Anda mengajar di mana lagi?
Saya pernah menjadi dosen tamu di Masaryk University, Republik Ceko, dan di United Nations University Institute for Sustainability and Peace di Tokyo, Jepang.
Anda juga salah seorang Women in Geothermal Ambassador untuk International Geothermal Association?
Iya. Tahun 2012 Asosiasi Panas Bumi Sedunia atau International Geothermal Association (IGA) melihat sedikit sekali perempuan yang bergerak di bidang geotermal. Bagaimana kalau mereka dipersatukan kemudian diminta mempromosikan pengembangan energi geotermal. Tidak hanya dari sisi ilmu kebumian dan teknologi, tetapi juga dari sisi ekonomi, hukum, dan sebagainya.
KOMENTAR