Ternyata, perut yang terasa tidak nyaman, sakit perut setelah makan, atau sulit buang air besar bisa dipengaruhi karena usus yang lengket, lo.
Perlengketan usus termasuk dalam abdominal adhesions, yaitu adanya jaringan fibrosa yang menempel, antara jaringan dalam perut dengan organ-organ lainnya.
Biasanya, jaringan dan organ dalam tubuh kita memiliki permukaan yang licin yang mencegah agar tidak menempel satu sama lain.
Namun, pada kondisi abdominal adhesions, ada jaringan dan organ dalam perut yang saling menempel.
Baca: Usus Dipotong Akibat Gila Mi Instan
Kondisi ini biasanya dipengaruhi karena infeksi pada rongga abdomen, sehingga menimbulkan perlengketan antara usus dengan usus, usus dengan dinding perut, atau dengan organ lain seperti kandung kemih, rahim, dan lain-lain.
Perlengketan usus juga bisa terjadi di antara saluran pencernaan, atau antara saluran gastrointestinal dan jaringan otot perut.
Baca: Mudah Diketahui, Ini 3 Tanda Usus Anak Sehat
Selain itu, perlengketan usus juga merupakan komplikasi umum yang terjadi pada operasi perut jenis terbuka, salah satunya adalah operasi usus buntu.
Risiko perlengketan usus akan tinggi bila kita terlalu sering menjalani operasi perut, karena meningkatkan kemungkinan kontaminasi pada dinding abdomen.
Bahkan, diet yang tak seimbang setelah menjalani operasi juga membuat kita rentan pada penempelan dinding abdomen, lo.
Baca: 5 Ciri Perut Kembung Serius yang Dicurigai Gejala Kanker
Ada beberapa gejala yang mungkin timbul dari perlengketan usus, seperti nyeri pada perut, kembung dan sulit buang angin, sulit buang air besar, dan perut membuncit.
Pada kondisi perlengketan usus total, penderita sama sekali tidak bisa buang angin dan buang air besar.
Bagi penderita perlengketan usus ringan, bisa diberi tindakan konservatif seperti misalnya minum obat pencahar, pijat pada area perut, fisioterapi, latihan otot perut, dan lainnya.
Juga jangan lupa istirahat yang cukup.
Baca: Inilah Penyebab Kanker Usus Besar yang Harus Dihindari
Kemudian, untuk mencegah perlengketan usus semakin parah, sebaiknya konsumsi makanan bergizi seimbang dan mudah dicerna, batasi konsumsi makanan pedas, berlemak, dan mengandung bahan pengawet.
Lalu, biasakan makan dalam porsi sedikit tapi sering, perbanyak asupan cairan, serta hindari rokok dan alkohol.
Sumber : www.niddk.nih.gov, www.webmd.com
Penulis | : | Dionysia Mayang |
Editor | : | Ade Ryani HMK |
KOMENTAR