Bila komunikasi berdua dirasakan sulit, ada baiknya mendapatkan mediator yang netral, bisa orang tua atau saudara yang dipercaya atau sudah senior, atau konsultan pernikahan.
(Baca: Selain Komunikasi dan Keuangan, Faktor Satu Ini Tentukan Kebahagiaan Suami Istri)
3. Yang baru tidak selalu lebih baik
Yang sering terjadi, menganggap bahwa pihak ketiga lebih baik daripada pasangan.
“Padahal banyak kasus yang terjadi, saat sudah menjalani hidup bersama pihak ketiga, tak berjalan sesuai yang diharapkan semula.”
(Baca: Rumah Tangga Membosankan, Waspadai Kehadiran Orang Ketiga!)
4. Menjadi pemicu
Perceraian juga bisa terjadi karena awalnya masalah sudah akut, hanya tidak ter-blow up.
Saat ada pihak ketiga lalu menjadi trigger untuk putusnya hubungan pernikahan.
(Baca; Chat Mesra dan Sering Curhat, 2 dari 10 Tanda Anda Mulai Selingkuh Hati)
Lantas bagaimana jika permasalahan suami-istri ini dirasakan juga oleh anak-anak?
Haruskah mereka diberitahu?
Penulis | : | Ade Ryani HMK |
Editor | : | Ade Ryani HMK |
KOMENTAR