Sampai suatu saat ada pengendara di jalan yang bertanya, “Kamu setiap hari menyebarkan brosur, saya jadi penasaran dengan produk jualan kamu”.
Seraya berpromosi, Yana menjawab, “Saya menjual pisang goreng kipas rasa original. Soal rasa tak usah takut, saya berani jamin beda dari yang lain. Silakan Bapak datang ke warung kami,” kenang Yana yang akhirnya memberanikan diri untuk mendirikan kios kecil-kecilan di Jalan Kuantan II, Pekanbaru, menjual pisang goreng kipas hasil produksinya sendiri.
Sebagai bahan baku pada pembuatan pisang goreng kipas, pada mulanya Susi Hartini menggunakan bahan baku pisang kepok yang berasal dari beberapa wilayah di Sumatera, antara lain Aceh, Padang, Bengkulu dan Lampung.
Nyatanya tidak semua pisang kepok cocok dijadikan bahan dasar.
“Warna pisangnya memang kuning, tapi ketika digoreng enggak bisa garing. Kadang juga ada yang enggak manis,” tuturnya.
Semangat untuk mendapatkan kualitas terbaik selalu membara dalam benak Yana dan Sri. Keduanya tak pernah kehabisan tenaga untuk selalu mencoba berkreasi dan mengembangkan proses pengolahan pisang goreng kipas.
Salah satunya melalui pembaharuan dari sisi bahan baku agar mendapatkan hasil yang garing dan memiliki rasa yang manis. Dari hasil pencarian dan uji coba, akhirnya diputuskan untuk menggunakan pisang kepok dari Pulau Nias dan Bireun.
Pilihan tersebut ternyata berbuah dengan berkembangnya usaha sehingga mereka memindahkan usahanya ke kios yang lebih besar di Jalan Kuantan Raya, Ruko nomor 6F, Pekanbaru.
Melebarkan Sayap Bisnis
Cita rasa pisang goreng kipas Yana pun makin diminati warga Pekanbaru. Bahkan, sudah sampai ke beberapa kota besar di Indonesia. Tahun 2007, Yana dan istrinya mendaftarkan produk pisang goreng kipasnya ke Departemen Hukum dan HAM RI untuk mendapat sertifikat perlindungan merek.
Usahanya ini kemudian diberi nama Pisang Goreng Kipas Kuantan II, diambil dari nama jalan tempat pertama ia dan istrinya merintis usaha.
Ayah dua anak ini mengaku dalam sehari sekitar 5000 sampai 6000 pisang goreng kipasnya ludes diserbu oleh pembeli, termasuk pesanan yang datang dari luar kota. Yang menakjubkan, omzetnya pun menyentuh angka ratusan juta rupiah.
Penulis | : | Ade Ryani HMK |
Editor | : | Ade Ryani HMK |
KOMENTAR