NOVA.id - Sempat berembus kabar simpang siur mengenai meninggalnya dokter spesialis anastesi yang praktik di RSPI Bintaro Jaya beberapa waktu lalu.
Tersiar kabar bahwa dr. Stefanus Taofik, SpAn. meninggal karena kelelahan jaga selama libur Lebaran kemarin.
Beberapa kabar juga menyiarkan dr. Stefanus jaga selama 5 hari nonstop.
Baca Juga : Awas, Kelelahan Juga Bisa Alami Kronis, Yuk Kenali Gejalanya!
Kabar itu langsung ditepis oleh Sekjen Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr. Adib, Sp.OT. yang mengatakan dr. Stefanus tidak jaga selama lima hari, melainkan 2x24 jam.
"Beliau itu bukan jaga 5 hari, tapi 2x24 jam," katanya saat dihubungi NOVA melalui sambungan telepon, Kamis (29/6).
Baca Juga : Tak Menangis, Begini Reaksi Ani Yudhoyono Pertama Kali Dengar Vonis Dokter Derita Kanker Darah
dr. Adib pun mengatakan bahwa saat jaga, dr. Stefanus hanya mengatasi pasien terkait anastesi dan urgensi.
"Hanya terkait anastesi dan urgensi, maka dia harus cepat datang. Bukan seperti dokter UGD yang stand by betul di ruang emergensi," sambungnya.
Selanjutnya, jika tidak ada pasien yang membutuhkan penangannya yang bersifat genting, dr. Stefanus dipersilakan beristirahat di ruang jaga yang sudah disediakan pihak rumah sakit untuk dokter yang stand by saat itu.
Baca Juga : Sering Flu Saat di Kantor? Hati-hati Terkena Sick Building Syndrome
"Kalau tidak ada operasi, emergensi, ICU, pasien gawat di UGD terkait anastesi, dia bisa istirahat saja di kamar jaga," katanya.
Lalu, apa yang menyebabkan dr. Stefanus meregang nyawa di ruang jaga?
Memang benar serangan jantung bisa disebabkan oleh kelelahan.
Tapi dalam kasus dr. Stefanus, sampai saat berita ini ditulis belum ada konfirmasi lebih lanjut.
Baca Juga : Dari Sulit Tidur Hingga Dampak Emosional, 4 Hal Ini Cirikan Kita Alami Kelelahan Kronis
"Lelah memang bisa memicu serangan jantung, tapi dokter jaga yang on call apakah memang kelelahan betul atau bukan?
"Adakah riwayat penyakit sebelumnya? Banyak faktor juga. Jangan spekulasi dulu sebelum ada konfirmasi," tutup dr. Abid. (*)
Source | : | NOVA |
Penulis | : | Dionysia Mayang Rintani |
Editor | : | Indira D. Saraswaty |
KOMENTAR