NOVA.id – Pada beberapa kondisi, bisa ditemukan kelahiran bayi dengan retinopati prematuritas.
Sebenarnya bagaimana proses terjadinya retinopati prematuritas?
"Proses terjadinya ROP sebenarnya berawal dari pembuluh darah retina yang harusnya berjalan dari tengah ke pinggir tetapi belum sempat ke pinggir, bayi sudah lahir duluan. Pertumbuhan terhenti makanya menjadi tidak lengkap dan berpotensi ROP," jelas Prof. Dr. Rita Sita Sitorus, SpM, PhD.
(Baca juga: Heboh Isu BPJS Kesehatan Akan Hapus Tanggungan 8 Penyakit, Benar atau Hoax?)
Retinopati prematuritas (ROP) dapat ditangani tergantung pada stadium yang dialami masing-masing anak.
"ROP sering kali mengarah kebutaan karena stadiumnya sudah lanjut. Bisa dikoreksi tergantung pada stadiumnya, kalau retina mata sudah lepas biasanya sudah tidak bisa," ucap Prof. Dr. Rita Sita Sitorus, SpM, PhD.
Dr. Rita juga menambahkan skrining mata pada anak sebaiknya dilakukan berulang kali sampai pada 42 minggu.
(Baca juga: Cantik Saat Liburan, Ini Tips Riasan yang Bisa Ditiru)
Jika sampai 42 minggu, mata anak dinyatakan tidak bermasalah, kita baru bisa bernapas lega.
Namun, jika mempunyai masalah, dokter spesialis mata akan memberikan penanganan sesuai stadium berapa ROP yang dialami anak.
Dr. Rita mengatakan, anak dengan ROP stadium tiga masih bisa dilakukan tindakan laser atau terapi sesuai zona.
(Baca juga: Sedang Clean Eating, Menu Ini Patut Dicoba)
Berbeda dengan stadium empat, dokter spesialis mata akan mengambil tindakan operasi.
Lain lagi dengan stadium lima, operasi mata akan lebih kompleks dan harapannya kecil karena retina sudah lepas.
Oleh sebab itu, Dr. Rita menganjurkan para orang tua dengan anak prematur segera melakukan skrining mata.
(Baca juga: Jangan Keliru! Ternyata Susu Tanpa Garam Jauh Lebih Sehat Loh, Ini Buktinya)
Tidak selesai sampai di situ, saat usia anak pra sekolah kita masih harus melakukan skrining.
Anak penderita retinopati prematuritas (ROP) dapat terkena kelainan mata lainnya seperti rabun jauh.(*)
Cecilia Ardisty
Penulis | : | Dionysia Mayang Rintani |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR